Meskipun Paetongtarn masih mempertahankan loyalitas sebagian pendukungnya, banyak pihak meragukan kemampuannya bertahan di kursi perdana menteri setelah skandal ini.
Isi percakapan yang semula diniatkan untuk meredam konflik, justru menjadi bumerang politik yang menodai wibawa pemerintah. Waktu akan menjawab apakah Paetongtarn mampu memulihkan kepercayaan publik, atau justru harus mundur dari panggung kekuasaan. (*)