English English Indonesian Indonesian
oleh

Obituarium Prof Ivan Azis: Mimpinya Besar Menjadikan Universitas Hasanuddin Kampus Kelas Dunia

Oleh: Jamaluddin Jompa,
Rektor Universitas Hasanuddin

Berita kepergian Prof. Ivan benar-benar mengguncang hati saya. Saya masih ingat jelas, dulu kami duduk bersama di ruang kursus bahasa Inggris di Bali. Sama-sama mempersiapkan diri untuk studi S3 ke Australia. Kami masih muda, penuh semangat, dan membawa mimpi besar untuk almamater yang kami cintai.

Di situlah saya mengenal beliau bukan hanya sebagai akademisi, tetapi sebagai sahabat seperjuangan—yang selalu punya nyala tekad di matanya.

Tahun lalu, saya mendengar beliau sempat sakit. Saya berniat menjenguk, tapi tak sempat. Saat ingin menengok, kabar yang datang justru menyebutkan bahwa beliau telah mulai pulih. Maka saya lega. Saya pikir, waktunya masih panjang, masih bisa berdiskusi dan bercengkrama seperti biasa.

Tapi Tuhan berkehendak lain. Ketika kabar tentang kondisi beliau yang sudah mulai parah 2 hari lalu, saya terpaku, rasanya terlalu mendadak langsung drop, dan akhirnya meninggalkan kita selamanya menuju ke haribaan Allah SWT. Rasanya seperti kehilangan sebuah cahaya—sosok yang selama ini terang, bahkan saat kita berada di lorong paling gelap perjuangan akademik.

Prof. Ivan adalah pribadi yang tak pernah lelah bermimpi. Mimpinya besar: menjadikan Universitas Hasanuddin kampus kelas dunia. Akhir tahun lalu beliau juga hadirkan dan pimpin “Functionally Graded Materials Research Group – Hasanuddin University. Reputasi global Prof. Ivan sangat baik, baru saja saya cek di Scopus, Prof. Ivan telah menerbitkan 102 publikasi, dengan H-Index 25. Walau kondisi kesehatannya sudah menurun, tapi tahun 2025 ini saja sudah terbitkan lebih dari 10 publikasi pada umumnya di jurnal Q1.

Waktu saya ajak diskusi terakhir, kami menginginkan Unhas punya data center yang tangguh, berbasis big data dan artificial intelligence, yang terhubung dengan ekosistem data nasional dan global. Ia tahu betul tantangan kita: infrastruktur masih terbatas, pendanaan belum ideal. Tapi kami sepakat SDM Unhas kuat dan dedikatif! Seperti halnya Prof. Ivan tak pernah menyerah. Ia terus bekerja, meneliti, dan merancang peta jalan demi mewujudkan cita-citanya.

Saya pun semakin sedih karena dua minggu lalu, kami sudah menjadwalkan pertemuan lanjutan. Tapi takdir lebih dulu menjemputnya. Rencana-rencana itu kini tinggal kenangan, dan jadi tanggung jawab kita semua untuk melanjutkannya.

Sebagai sahabat, saya merasa sangat kehilangan. Tapi saya juga tahu, warisan terbesar dari Prof. Ivan adalah semangatnya, dedikasinya. Semangat untuk tidak menyerah, untuk berpikir jauh ke depan, dan untuk menjadikan Unhas bukan hanya kampus besar di wilayah timur, tapi juga di panggung global.

Sebagai pimpinan universitas, saya mengucapkan duka mendalam. Kepada keluarga almarhum, saya menyampaikan belasungkawa yang tulus. Dan atas nama pribadi, juga sebagai saudara, saya mohonkan maaf kepada kita semua bila dalam interaksi beliau selama ini ada kekhilafan. Kita ikhlaskan kepergian beliau, diringi doa-doa terbaik.

Saya tahu, gaya bicara Prof. Ivan terkadang keras, bahkan tak jarang menimbulkan perdebatan. Tapi saya yakin, di balik semua itu, ada niat yang baik. Beliau ingin menguatkan kita, bukan menjatuhkan. Beliau ingin mengingatkan kita, bukan menghakimi. Itu adalah bentuk cintanya yang jujur kepada Unhas dan kita semua.

Kini, tugas kita adalah menjaga dan meneruskan semangatnya. Karena persahabatan dan cita-cita yang baik, jauh lebih penting dari perbedaan apapun. Dan karena kampus ini telah menjadi bagian dari hidup kita, seperti halnya telah menjadi hidup Prof. Ivan.

Selamat jalan, sahabat. Mimpimu belum selesai, tapi kami akan melanjutkannya.(*)

News Feed