TIDAK semua perjalanan besar dimulai dari kota besar. Bagi Dafa Aziz Firmansyah, anak petani dari desa kecil di Cilacap, Jawa Tengah, dunia adalah ruang yang bisa dijangkau lewat ketekunan dan mimpi yang tidak pernah padam.
Lulusan SMA Unggulan CT Arsa Sukoharjo ini menorehkan prestasi luar biasa: diterima di 14 universitas top dunia, termasuk University of Sydney, NTU Singapura, hingga Wageningen University Belanda. Dan kini, Dafa resmi memilih jurusan Advanced Computing di University of Sydney, Australia.
“Saya bungsu dari enam bersaudara dan satu-satunya yang kuliah,” ucap Dafa dengan penuh haru dalam acara pelepasan siswa angkatan 2025 SMA Unggulan CT Arsa, Sabtu (28/6).
Perjalanan Dafa tidak selalu mudah. Tiga bulan setelah masuk SMA unggulan itu, sang ayah terserang stroke. Dafa sempat terpikir untuk berhenti sekolah.
“Ibu saya bilang, saya ini harapan terakhir. Dia rela lakukan apa saja supaya saya kuliah,” kenang Dafa. Tekad itulah yang membuatnya bertahan dan malah menanjak naik dalam prestasi.
Dari yang sempat merasa kalah saing, Dafa justru bangkit dan menjadi peringkat satu paralel sejak semester tiga, Ketua OSIS, hingga langganan olimpiade matematika.
Mendaftar ke 17 kampus luar negeri dengan Beasiswa Indonesia Maju, Dafa diterima di 14 di antaranya. Daftarnya tak main-main: 8 kampus Australia, 4 dari AS, 1 Belanda, dan 1 Singapura.
Ia sadar, keberhasilannya bukan soal angka atau nama kampus, tapi soal berani bermimpi, dan melangkah meski kecil.
“Masalah finansial bukan alasan untuk berhenti. Justru, kita harus pakai itu sebagai motivasi,” katanya lugas.