FAJAR, JAKARTA — Film animasi karya anak bangsa, Jumbo, terus mencetak sejarah. Setelah menjadi film terlaris sepanjang masa di Indonesia dengan lebih dari 10 juta penonton dalam 60 hari penayangan, kini Jumbo bersiap mewarnai layar bioskop di lebih dari 40 negara.
Kabar ini disampaikan langsung oleh Ryan Adriandhy, sutradara Jumbo, yang menyebut kesepakatan distribusi internasional telah dijalin dengan berbagai wilayah strategis di dunia.
“Kami sudah deal dengan lebih dari 40 teritori. Ada Rusia, Amerika Latin, Asia Timur, Asia Tengah, sampai Afrika,” ujar Ryan.
Strategi globalisasi Jumbo pun dirancang inklusif. Film ini akan disulih suara dalam berbagai bahasa lokal agar semakin dekat dengan audiens di tiap negara.
“Itulah kelebihannya. Film ini dibuat untuk bisa mudah diadaptasi dalam banyak bahasa,” jelas Ryan.
Monumental dan Organik
Menurut Angga Dwimas Sasongko, eksekutif produser Jumbo, kesuksesan film ini tak hanya terletak pada angka, tetapi juga pada dampak emosional yang ditinggalkan. Ia menyebut Jumbo sebagai karya monumental, karena mengusung pendekatan yang belum pernah ada sebelumnya dalam industri animasi nasional.
“Kami tidak sekadar membuat film. Kami membangun karya yang punya resonansi emosional dan bisa menjadi milik publik,” ujar Angga.
Menariknya, perhatian besar warganet terhadap Jumbo bukan hasil dari strategi pemasaran agresif. Antusiasme publik, menurut Angga, justru tumbuh secara organik.
“Kami tidak menyewa buzzer. Dukungan netizen muncul karena film ini memang menyentuh,” tambahnya.
