FAJAR, TEHERAN – Presiden Iran Masoud Pezeshkian secara resmi mengumumkan berakhirnya konflik bersenjata antara Iran dan Israel setelah 12 hari pertempuran. Gencatan senjata diumumkan pada Selasa (24/6/2025) waktu setempat, menyusul berbagai tekanan diplomatik dan intervensi internasional.
“Hari ini, setelah perlawanan heroik bangsa kita yang besar, yang tekadnya mencatat sejarah, kita menyaksikan terbentuknya gencatan senjata dan berakhirnya perang 12 hari,” ujar Pezeshkian, dikutip kantor berita IRNA dan AFP.
Pezeshkian menegaskan bahwa Iran akan mematuhi gencatan senjata, namun tetap waspada jika Israel melanggar kesepakatan.
“Iran tidak akan melanggar gencatan senjata, kecuali rezim Zionis melakukannya,” tegasnya, sebagaimana dikutip CNN dari Nour News.
Dalam percakapan dengan pemimpin UEA dan Arab Saudi, Pezeshkian menyatakan bahwa Iran terbuka untuk berdialog secara diplomatik dan tidak memiliki ambisi membangun senjata nuklir.
“Republik Islam Iran hanya menuntut hak-hak yang sah. Kami tidak menginginkan senjata nuklir dalam bentuk apa pun,” ujarnya dalam komunikasi dengan Presiden UEA dan Putra Mahkota Arab Saudi, dikutip Fars News dan Al Jazeera.
Israel Fokus ke Gaza
Sementara itu, Kepala Staf Militer Israel Letjen Eyal Zamir menyatakan bahwa setelah kesepakatan gencatan senjata dengan Iran, militer Israel akan kembali fokus ke operasi di Gaza, khususnya terhadap kelompok Hamas.
“Kini fokus kami kembali ke Gaza–untuk memulangkan para sandera dan membubarkan rezim Hamas,” kata Zamir dalam pernyataan resmi militer, dikutip AFP.