English English Indonesian Indonesian
oleh

Mengenang Anregurutta Malik

Selain belajar di dalam negeri, Beliau juga pernah menuntut ilmu langsung dari para ulama Sunni di Mekkah. Di sana, Beliau mendalami berbagai disiplin ilmu agama secara lebih sistematis. Pengalaman belajar di dua lingkungan ini—pesantren lokal dan pusat keilmuan Islam internasional—membentuk keluasan pandangan Beliau dan keteguhan dalam bersikap.

Ilmu Beliau lengkap. Bukan hanya karena keluasan materi yang dipelajari, tetapi juga karena ketekunan dalam menjalaninya. Kombinasi antara ilmu, adab, dan pengalaman menjadikan Beliau sosok yang dipercaya dalam berbagai persoalan keagamaan di Sulawesi Selatan. Beliau tidak hanya dikenal di lingkungan pesantren, tetapi juga didengar dalam forum-forum masyarakat yang lebih luas.

Salah satu hal yang paling sering dikenang orang dari Anregurutta Malik adalah ceramah-ceramahnya. Beliau biasa menyampaikan pengajian dalam bahasa Bugis—bahasa ibu yang membuat pesan lebih sampai. Suaranya pelan, tidak tinggi, tetapi terdengar jelas. Beliau bukan tipe penceramah yang menggebu-gebu. Akan tetapi justru karena itu, orang lebih mendengar.

Isi ceramah beliau sederhana dan membumi. Beliau tidak memakai istilah yang susah dipahami, tidak menyampaikan tafsir dengan nada menghakimi. Tidak ada yang merasa disudutkan, tetapi juga tidak dibuat terlena. Banyak kisah Beliau selipkan—baik dari kitab maupun dari kehidupan sehari-hari. Kadang dengan humor halus, kadang dengan cerita yang membuat orang merenung. Semua disampaikan dengan tenang, seperti seseorang yang ingin mengajak berpikir, bukan mengatur.

News Feed