FAJAR, WASHINGTON, D.C. — Di tengah memanasnya konflik bersenjata antara Iran dan Israel, serta meningkatnya keterlibatan Amerika Serikat dalam ketegangan kawasan, sebuah nama asing tiba-tiba mencuat dan menjadi perhatian otoritas keamanan internasional. Ia adalah Baoxia Liu, warga negara China yang kini masuk dalam daftar buronan paling dicari oleh Biro Investigasi Federal (FBI).
Perempuan berusia 44 tahun itu dituding sebagai otak utama dalam jaringan penyelundupan internasional yang memasok ribuan komponen elektronik canggih dari Amerika Serikat ke Iran. Komponen tersebut diduga digunakan untuk memperkuat sistem senjata militer Iran, termasuk drone tempur, rudal balistik, dan perangkat persenjataan lain yang dikembangkan oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).
FBI tak main-main. Lembaga investigasi tersebut menawarkan hadiah sebesar 15 juta dolar AS atau setara dengan Rp245 miliar kepada siapa pun yang memberikan informasi valid yang dapat mengarah pada penangkapan Baoxia Liu. Pengumuman itu bahkan dipublikasikan secara terbuka di laman resmi FBI.
Baoxia Liu, yang juga menggunakan nama alias Emily Liu dan Baojuan Liu, diketahui tidak bekerja sendiri. Ia diduga beroperasi bersama tiga rekannya, yakni Li Yongxin (Emma Lee), Yung Yiu Wa (Stephen Yung), dan Zhong Yanlai (Sydney Chung). Keempatnya telah menjadi target investigasi intensif oleh Departemen Kehakiman AS (DOJ).
Menurut penyelidikan, mereka memulai operasi sejak tahun 2007, memanfaatkan perusahaan-perusahaan cangkang di China dan Hong Kong untuk menyamarkan tujuan ekspor. Mereka memalsukan dokumen pengiriman, membohongi eksportir di AS dengan menyatakan bahwa komponen akan digunakan untuk keperluan sipil, padahal komponen tersebut akhirnya dikirim ke Iran melalui jalur logistik tersembunyi.