Dia juga mengatakan kalau tahun ini, ada 90 santriwati SPIDI akan mengikuti Jambore Muslim Dunia, sebagai bagian dari program penguatan kapasitas dan wawasan global.
Dalam pengembangan kemampuan santiwarinya, dia menjelaskan pembelajaran di SPIDI berbasis project dan riset.
Bahkan setiap tahun, siswa wajib menyelesaikan dua proyek.
Untuk jenjang akhir, mereka juga diwajibkan menyusun karya ilmiah (research project) yang diuji oleh para akademisi, termasuk dari Universitas Negeri Jakarta.
“Anak-anak tidak hanya belajar teori, tapi juga diperkenalkan dengan observasi profesi, agar mereka mengenali potensi dan cita-citanya sejak dini,” katanya.
Sementara itu, Dewan Pembina SPIDI Maros, Muzayyin Arif, mengaku sangat bangga atas capaian sekolah dan para santriwati yang terus berkembang.
“Alhamdulillah, sekolah ini terus berjalan dan mencetak siswa-siswi berprestasi, baik tingkat regional, nasional, bahkan internasional. Salah satu siswa kami diterima di universitas di Mesir, dan beberapa lainnya di kampus ternama di Indonesia,” jelasnya.
Dia juga mengatakan kalau SPIDI terus menjalin kerja sama dan MoU dengan berbagai kampus, baik di tingkat provinsi maupun nasional, sebagai langkah memfasilitasi kelanjutan studi santriwati.
“Ada dua hal utama yang jadi perhatian kami, yaitu pembangunan karakter moral berbasis nilai keagamaan dan budaya, serta penguatan literasi digital, karena itu kebutuhan masa kini,” ungkapnya.
Dia juga menambahakan saat ini SPIDI Maros juga tercatat sebagai Google Reference School pertama di luar Pulau Jawa, dan menjadi yang ketiga di Indonesia.