Hery menegaskan bahwa arah transformasi BRI menuju universal banking merupakan langkah strategis untuk menghadapi tantangan dan dinamika ke depan. “BRI tidak hanya akan menjadi bank terbaik di segmen UMKM, tetapi juga harus mampu melayani seluruh spektrum kebutuhan nasabah dari individu hingga korporasi besar, di seluruh lapisan
masyarakat,” tutupnya.
Pakar ekonomi UNM, Sahade, menilai keberhasilan BRI menduduki peringkat 349 dunia dalam Forbes Global 2000 sebagai bukti konkret bahwa model bisnis berbasis kerakyatan. BRI terbukti mampu bertahan, bahkan unggul, dalam dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
“Keberhasilan BRI tidak datang tiba-tiba. Ini adalah hasil dari konsistensi mereka dalam menjalankan model bisnis yang inklusif, fokus pada sektor UMKM, dan keberhasilan digitalisasi layanan yang merata
hingga ke pelosok,” ujar Sahade.
Menurutnya, pencapaian BRI juga menunjukkan bahwa Indonesia tidak lagi hanya menjadi pasar bagi perusahaan global. Akan tetapi juga mampu melahirkan entitas keuangan yang diakui secara internasional karena fundamental yang kuat dan strategi yang adaptif.
Dia menekankan bahwa kontribusi sektor keuangan terhadap perekonomian nasional sangat signifikan, dan BRI adalah salah satu motor penggeraknya. “Aset lebih dari USD 123 miliar dan laba bersih USD 3,8 miliar bukan hanya mencerminkan efisiensi internal, tetapi juga distribusi risiko yang cermat serta keberhasilan mereka dalam membangun ekosistem yang produktif di sektor mikro dan menengah,” paparnya. (edo/dir)