Ia menyebut perubahan ini juga harus menyentuh kebiasaan juru parkir. Sebab selama ini, pembayaran dilakukan secara tunai tanpa kontrol ketat.
Sistem ini akan secara otomatis mencatat setiap transaksi, sehingga potensi kebocoran pendapatan bisa ditekan secara signifikan. “Kami sudah siapkan juga pembagian hasil digital antara Perumda dan jukir. Termasuk pengadaan rompi kuning untuk membedakan jukir resmi dan liar,” tegasnya.
Ia juga mengakui pentingnya edukasi kepada juru parkir yang selama ini terbiasa dengan pembayaran tunai. “Ini bagian dari transformasi budaya kerja juga, bukan cuma sistem,” katanya.
Tak kalah progresif, Perumda Air Minum Makassar juga mendorong percepatan pelayanan digital kepada pelanggan. Dari total sekitar 180 ribu pelanggan, baru separuhnya yang sudah terlayani melalui aplikasi digital.
Plt Dirut Hamzah Achmad mengatakan bahwa dalam waktu dekat seluruh pelanggan dapat menikmati layanan berbasis aplikasi dalam. Mulai dari pengecekan tagihan, pembayaran via QRIS atau mobile banking, hingga pengaduan layanan.
“Semua harus bisa dilakukan tanpa antre ke kantor. Bukan hanya efisiensi, tapi ini soal hak publik untuk mendapat layanan cepat dan transparan,” ujar Hamzah usai mengikuti rakor bersama Wali Kota Makassar.
Aplikasi digital yang sudah ada dimaksimalkan agar masyarakat bisa mengecek tagihan, membayar melalui QRIS atau m-banking, dan menyampaikan keluhan tanpa harus antre. “Digitalisasi ini bukan hanya soal teknologi, tapi soal kecepatan dan transparansi layanan,” ujar Hamzah.