Ali Gauli menegaskan bahwa upaya ini adalah bagian dari misi mencetak smart citizen, masyarakat yang tidak hanya bisa mengakses teknologi. Akan tetapi, juga cerdas dalam memilih dan menggunakan instrumen ekonomi.
“Masyarakat melek ekonomi adalah masyarakat yang paham nilai uang, tahu risiko, dan bisa memanfaatkan teknologi untuk kebaikan hidupnya,” ujarnya.
Ke depan, digitalisasi pasar akan diperluas ke Pasar Butung, Pasar Sentral, dan pasar induk lainnya. Tim internal Perumda kini tengah melakukan pendataan pedagang untuk kebutuhan integrasi sistem.
Sementara itu, proses pendampingan dan pelatihan digital terus digencarkan agar pedagang dan masyarakat dapat beradaptasi secara bertahap.
Digitalisasi ini, lanjut Ali, bukan hanya untuk memudahkan transaksi, tetapi juga untuk meningkatkan transparansi dan pengawasan. “Dengan sistem non-tunai, potensi kebocoran pendapatan bisa ditekan. Kami bisa kontrol lebih baik karena uang tidak lagi berputar secara tunai,” ujarnya.
Dia berharap, dengan cara ini Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pasar ikut meningkat. “Harapannya begitu karena harapan kami tidak ada lagi yang bocor-bocor dari pendapatan ini,” ucapnya.
Perumda Parkir Makassar Raya juga telah menyiapkan pilot project pembayaran parkir nontunai berbasis QRIS, dimulai di Jalan WR Supratman dan Jalan Somba Opu. “Ini baru tahap awal, tapi kami siap. Sistem ini akan meminimalisir potensi kebocoran karena semua tercatat. Pembayaran parkir akan langsung terekam,” ujar Plt Dirut PD Parkir, Adi Rasyid Ali (ARA).