English English Indonesian Indonesian
oleh

Mengunjungi Badar, Kota Perjuangan Rasulullah Melawan Kaum Kafir

Laporan: Silahuddin Genda

FAJAR, MADINAH – Suhu udara Madinah menunjuk angka 45 derajat celcius. Usai salat Jumat (13/6/2026) di Masjid Syuhada, Kawasan Uhud, saya bersama delapan PPIH Daker Bandara bertolak ke Jeddah usai merampungkan tugas di Bandar Udara Internasional Pangeran Mohammad Abdul Aziz.

Kami menyempatkan putar arah melewati Badar, kota kecil bagian barat Madinah berpenduduk 58 ribu jiwa. Kota dengan jarak tempuh dari Madinah beriksar 152 km. Dikenal sebagai kota peperangan atas peristiwa 17 Ramadan tahun ke-2 Hijriyah ini, kini menjadi kota modern dengan berbagai bangunan di sisi kiri kanan jalan.

Rekan kami sempat bergumam, apa kira-kira pendapatan asli masyarakat setempat? Sesaat diam, tak ada yang bisa menebak. Pertanyaan itu dilontarkan karena sepanjang perjalanan dari Madinah hingga memasuki kota yang dikenal dalam sejarah Islam ini sebagai tempat terjadinya peperangan besar melawan kaum kafir itu, hanya padang pasir dan jejeran gunung batu memanjakan mata.

Perjalanan ke sana butuh waktu tempuh 1,5 hingga 2 jam meski jalanan terlihat sepi. Di luar sana, terik panas memanggang kulit. Memasuki kota, terlihat tulisan “Badar” berbahasa Arab menyambut di pebukitan pasir menyerupai kilau emas. Tak jauh dari pusat kota, pemerintah setempat menata alun-alun hijau dengan rumput sintetis bertuliskan I Love Badar.

Tiba di “Jabal Malaikat” – tempat turunnya malaikat membantu pasukan Rasulullah melawan kaum Kuraisy pada perang Badar – kami mencoba menjajal gunung berpasir menyerupai warna gold keemasan itu di bawah terik. Hanya beberapa langkah, kami harus mundur dan masuk ke mobil karena tak tahan dengan panas yang menyengat kulit. Cukup mengabadikan gambar dengan latar belakang gunung tempat turunnya 3.000 malaikat untuk membantu Rasulullah dan para syuhada kala itu.

News Feed