“Pendekatan partisipatif dan berbasis praktik langsung digunakan agar materi mudah dipahami oleh pelaku UMKM,” ucapnya.
Ia menjelaskan jika salah satu fokus utama dalam pendampingan ini adalah pemisahan keuangan pribadi dan usaha.
Hal ini menjadi penting karena selama ini banyak pelaku UMKM yang masih mencampurkan keduanya, sehingga tidak dapat mengetahui kondisi keuangan usahanya secara akurat.
Mereka tidak hanya merancang program pelatihan, tetapi juga melakukan asesmen lapangan, wawancara, serta evaluasi efektivitas pelatihan.
“Kami belajar bagaimana menyampaikan ilmu dengan bahasa yang sederhana dan relevan untuk pelaku usaha mikro,” tutur Jessica.
Rekannya, Clarine Eugenia Chandra menjelaskan jika mereka memberikan simulasi penggunaan dua akun keuangan agar pelaku usaha terbiasa membedakan antara uang pribadi dan usaha.
Solusi digital juga diperkenalkan kepada mitra melalui pengenalan aplikasi BukuWarung dan Google Sheets. Dengan penggunaan aplikasi ini, pencatatan transaksi menjadi lebih praktis dan terintegrasi. Mitra usaha, Muh Ali, menyatakan antusiasmenya terhadap penggunaan teknologi ini.
“Awalnya saya pikir rumit, tapi ternyata mudah. Saya bisa lihat untung rugi saya langsung dari ponsel,” ujar owner Es Putar Ali Kumis ini sembari tersenyum.
Tidak hanya membantu mitra dalam pencatatan keuangan, tim juga menyerahkan format pembukuan manual dan digital yang dapat digunakan secara berkelanjutan.
Modul panduan praktis juga diberikan sebagai alat bantu agar mitra dapat meneruskan kebiasaan pencatatan setelah program selesai.