“Ada yang minta anggur, ada yang minta bubur, ada yang minta rempeyek. Untungnya dari dapur sigap, sehingga semua permintaan itu terpenuhi,” ujar Yuni.
Yuni dan rekan-rekannya juga kerap menghibur para jemaah. Karena mereka adalah jemaah berkebutuhan khusus yang tanpa pendamping, kerap merasa kesepian dan membutuhkan teman curhat.
“Kami dengarkan curhat mereka. Mereka minta ditelponkan keluarganya, kami telponkan. Kami bahagia karena mereka senang,” kata Yuni.
Untuk menjaga kebugaran dan keceriaan mereka, Yuni mengajak jemaah senam Lansia. Selama seminggu melakukan senam ini, mereka tampak lebih sehat.
Selama 10 hari merawat 477 jemaah ini, perkembangan jemaah luar biasa. Jemaah yang sebelumnya tidak bisa berjalan, setelah dirawat dengan baik akhirnya bisa berjalan.
“Kami curahkan semua kemampuan kami, kami rawat mereka layaknya orang tua sendiri. Sehingga keadaan mereka menjadi lebih baik,” katanya.
Pada saat menjalani wukuf di Arafah, Yuni bersama seluruh petugas mendampingi dan bersama wukuf dalam bus. Pada waktu wukuf, jemaah ini dibimbing untuk berdoa di Arafah selama 1 jam. Perjalanan pun berlanjut murur di Muzdalifah dan tanazul di hotel transit safari wukuf.
Yuni menceritakan kenangan yang tak terlupakan saat membersamai para lansia ini saat menjalani wukuf.
“Pada saat puncak haji, kita memandikan jemaah dan memakaian pakaian ihram, serta memberikan mereka vitamin. Kemudian kita berangkat ke Arafah dari hotel transit dan berhenti di Arafah sekitar 1 jam,” katanya.
Saat wukuf sekitar 1 jam, pembimbing ibadah memandu mereka untuk berdoa. Ketika berdoa ini, kata Yuni, jemaah pada menangis, bersyukur atas kesempatan yang diberikan Allah Swt.