Barang-barang sederhana namun sangat berarti bagi para petugas yang sebagian besar hidup dengan penghasilan terbatas.
Salah seorang penerima manfaat, Pak Amir, petugas kebersihan yang telah bekerja selama 12 tahun, tampak haru. “Biasanya saya cuma kerja bersih-bersih jalan. Hari ini rasanya seperti dihargai. Terima kasih banyak buat ZAP,” ucapnya sambil memeluk bingkisan sembako.
Menurut dr. Windy, dana kegiatan ini berasal dari alokasi internal ZAP yang dikumpulkan setiap bulan dan khusus diperuntukkan bagi kegiatan sosial setiap enam bulan sekali.
“Kami tidak mengambil dari sponsor luar. Ini murni dari keringat kami, untuk dibagikan kembali kepada masyarakat,” tambahnya.
ZAP Indonesia sendiri telah lama memiliki tradisi CSR yang menyasar berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak di panti asuhan, penyandang disabilitas, hingga masyarakat rentan lainnya. Semua dilakukan dengan semangat kebersamaan dan tanpa memandang latar belakang.
“CSR bukan sekadar kewajiban, tapi sudah jadi budaya kami. Kami ingin hadir dengan nilai-nilai kemanusiaan, tidak hanya sebagai bisnis yang berorientasi profit,” ujarnya.
Momen ini juga menjadi ajang silaturahmi antara tim medis ZAP dan warga sekitar. Di tengah pelayanan yang diberikan, senyum dan tawa mengisi ruang-ruang interaksi. Tidak ada batas antara petugas medis dan tamu, yang ada hanya rasa saling menghargai.
Kata dia, kegiatan seperti ini membuktikan bahwa sebuah klinik tak hanya bisa menjadi tempat penyembuhan fisik, tapi juga ruang untuk merawat empati. Bagi ZAP, melayani manusia berarti menyentuh hati mereka, bukan sekadar tubuhnya.