“Kita butuh roadmap. Ekosistem pangan haji harus disiapkan dengan serius. Ini peluang besar bagi petani dan UMKM Indonesia untuk mengekspor produknya secara berkelanjutan, baik untuk haji maupun umrah,” ujarnya.
Prof Arif menegaskan pentingnya keterlibatan aktif dalam memberikan rekomendasi strategis kepada Menteri Agama dan Badan Pengelola Haji, demi perbaikan sistem logistik dan distribusi makanan yang berdampak pada keberkahan jemaah sekaligus kesejahteraan rakyat.
Menyoal pelaksanaan katering gelombang pertama di Madinah, Prof Arif menyampaikan hasil yang positif. “Alhamdulillah, tidak ada masalah berarti. Semua berjalan relatif lancar. Kita belajar dari pengalaman itu untuk menyempurnakan pelayanan di gelombang kedua.” tambahnya.
Ia juga melihat adanya jeda waktu yang dimanfaatkan secara maksimal oleh para petugas. “Mereka fokus membersihkan, memperbaiki peralatan, menata ulang storage. Ini modal penting untuk menyambut gelombang berikutnya dengan lebih siap dan disiplin,” katanya dengan optimis.
Prof Arif Satria menggarisbawahi bahwa pelayanan makanan jemaah haji bukan hanya soal logistik, tetapi bagian dari upaya memuliakan tamu Allah dengan keberkahan produk negeri sendiri.
“Semakin banyak produk Indonesia hadir di tanah suci, semakin kuat kontribusi haji untuk bangsa. Semoga ini menjadi jalan keberkahan bagi jemaah dan petani-petani kita di tanah air,” pungkasnya. (sg)