Di gubuk lainnya, ada Wa Maena yang usianya sudah melebihi 100 tahun. Tidak mudah lagi berkomunikasi dengannya. Ingatannya sudah sangat terbatas, kemampuan mendengarnya pun sudah menurun. Tetapi, ia masih saja bisa menunjukkan senyum di tengah lipatan-lipatan kulit di wajahnya seraya menerima dus bantuan itu.
Sekretaris Desa Liangkabori, La Mondoi, mengakui jika kondisi sosial masyarakat di desanya tergolong miskin ekstrem. Mereka mayoritas petani dan masih kekurangan lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, mereka memang masih membutuhkan berbagai bantuan.
“Untuk itu, harapan kami, program bantuan seperti yang dilakukan LAZ Hadji Kalla ini dapat berkelanjutan karena melihat kondisi masyarakat di sini. Mungkin bisa dilihat sendiri bagaimana bahagia dan antusias mereka saat diberi bantuan. Apalagi di momen hari raya banyak kebutuhan di tengah kondisi mereka yang sangat kekurangan. Kami pemerintah desa mengucapkan banyak terima kasih kepada LAZ Hadji Kalla,” tuturnya.
Perjalanan tim LAZ Hadji Kalla belum sampai di situ. Mereka kembali melintasi pulau untuk bertolak ke Desa Terapung Mawasangka yang terletak di Kabupaten Buton Tengah dengan waktu tempuh sekitar 4 jam 30 menit. Sebelumnya, mereka juga telah menjangkau ujung timur Sulawesi Tengah, yaitu Desa Ambelang, Kabupaten Banggai Kepulauan. Di sana, distribusi bantuan dilakukan dengan berjalan di jembatan kayu yang menghubungkan rumah-rumah warga di atas laut.
Manager Islamic Care LAZ Hadji Kalla, Salman Febriyansyah, mengungkapkan, distribusi bantuan sembako seperti ini sudah menjadi program tahunan yang bertajuk “Idul Fitri Bahagia”. Tahun ini totalnya sebanyak 10.000 paket yang disebar di wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Selain itu, ada pula yang didistribusikan di wilayah Jakarta dan Sumatera Barat sebanyak 75.000 paket.