FAJAR, MAKASSAR – Tak ada hitungan jarak bagi Lembaga Amil Zakat (LAZ) Hadji Kalla dalam menyalurkan bantuannya. Uluran tangan itu menyebar hingga ke pelosok. Melintasi gugusan-gugusan pulau, diangkat dari gubuk ke gubuk.
Desa Liangkabori menjadi salah satu lokasi yang dipilih LAZ Hadji Kalla. Desa ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Muna yang termasuk wilayah kepulauan di bagian utara jazirah Sulawesi Tenggara.
Kondisi desa ini sekaligus menggambarkan jarak perjalanan ke sana. Nyaris tak bisa lagi memanfaatkan data seluler saat memasuki wilayahnya. Namun LAZ Hadji Kalla yang berpusat di Kota Makassar tetap menjangkaunya.
Siang yang sangat menyengat, enam hari menjelang lebaran. Tim LAZ Hadji Kalla mengitari desa itu, mengetuk pintu-pintu gubuk yang dindingnya bertaut kayu-kayu rapuh. Mereka yang membuka pintu pun ternyata sudah berusia senja, bahkan hidup sebatang kara.
Wa Maulia, misalnya. Perempuan yang berusia 70 tahun ini seharusnya sudah bermain dengan cucu-cucunya. Tetapi di hadapannya hanya ada alat menenun. Dari situlah ia membiayai hidupnya seorang diri yang rata-rata pendapatannya hanya ratusan ribu setiap bulannya. “Yang saya kerjakan ini sudah sebulan belum selesai. Kalau selesai bisa dapat Rp300 ribu,” tuturnya sambil menenun.
Setelah mengobrol beberapa saat, tim LAZ Hadji Kalla pun langsung memberikan paket bantuan yang isinya beras, gula pasir, terigu, minyak goreng dan sarung. Wa Maulia pun langsung beranjak dan meninggalkan kain tenunnya sejenak. Ia langsung menyambut bantuan itu dan memeluknya dengan haru.