“Sebenarnya ini baru saya mau pakai di atas pesawat sebelum tiba di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, tapi ada batasan barang bawaan, sehingga saya harus keluarkan untuk dipakai. Biar barang yang dikantongkan untuk oleole keluarga bisa masuk,” ujar Ibu Sabmiati Sunusi, jemaah UPG I lainnya.
Ibu Submiati dan sejumlah jemaah haji asal Makassar ini mengaku sudah menyiapkan pakaian kebesaran jauh hari sebelum ke Tanah Suci. Pakaian ini dipersiapkan untuk digunakan saat pulang dari Tanah Haram.
“Ini sudah turun temurun pakaian ibu-ibu hajja baru untuk Bugis Makassar ketika pulang dari Tanah Suci. Ciri khas dari jemaah haji kita dulu,” ujarnya.
Barang dari Tanah Haram
Berbagai macam barang bawaan jemaah haji UPG 1 yang dikumpulkan dari Tanah Haram untuk dibawa pulang ke kampung halaman. Bukan hanya sekadar oleh-oleh, tapi juga diakui untuk kenangan semasa di Tanah Suci.
Padahal, barang-barang itu tak selayaknya dibawa pulang karena akan menambah beban di kabin. Dari sisi nilai, juga harganya terbilang murah.
Misalnya, sendok plastik yang biasa dipakai untuk pembagian makanan disatukan dalam satu wadah untuk dibawa pulang.
Ada juga payung yang dibagikan di Arafah, selimut yang seharusnya dipakai untuk di tenda Arafah juga dibawa pulang. Belum lagi barang-barang yang tidak penting dijadikan sebagai pernak pernik dan oleh-oleh untuk keluarga.
Petugas dari Garuda Airlines mewanti-wanti untuk dikeluarkan dari tas bawaan, karena akan diperiksa ulang saat pemeriksaan di Bea Cukai.
Wakil Kepala Daerah Kerja Bandara PPIH Arab Saudi, Abdillah menyampaikan kepada jemaah yang akan meninggalkan Arab Saudi untuk tidak membawa barang kabin melebihi dari ketentuan penerbangan.