Serangan komando Israel tahun 2010 terhadap kapal Turki Mavi Marmara, yang merupakan bagian dari upaya serupa untuk menembus blokade laut, menewaskan 10 warga sipil.
Kapal Madleen dicegat sekitar 185 kilometer di sebelah barat pantai Gaza, menurut koordinat dari koalisi.
Presiden Emmanuel Macron meminta agar enam warga negara Prancis yang berada di atas kapal diizinkan untuk kembali ke Prancis sesegera mungkin, kata seorang pejabat kepresidenan.
Dua dari mereka adalah wartawan, Omar Fayyad dari Al Jazeera yang berbasis di Qatar dan Yanis Mhamdi yang bekerja untuk publikasi daring Blast, menurut kelompok hak media Reporters Without Borders, yang mengutuk penahanan mereka dan menyerukan pembebasan segera mereka.
Al Jazeera dengan tegas mengecam serangan Israel, kata jaringan itu dalam sebuah pernyataan, menuntut pembebasan wartawan tersebut dikutip dari The New Arab.
Adalah, sebuah LSM Israel yang menawarkan dukungan hukum bagi minoritas Arab di negara itu, mengatakan para aktivis di atas kapal Madleen telah meminta layanannya, dan bahwa kelompok itu kemungkinan akan dibawa ke pusat penahanan sebelum dideportasi.
Israel menghadapi tekanan yang meningkat untuk mengizinkan lebih banyak bantuan ke Gaza guna mengatasi kekurangan makanan dan pasokan dasar yang meluas.
Dalam apa yang disebut oleh penyelenggara sebagai “tindakan simbolis”, ratusan orang meluncurkan konvoi darat pada hari Senin dari Tunisia dengan tujuan mencapai Gaza.
Israel baru-baru ini mengizinkan beberapa pengiriman bantuan untuk dilanjutkan setelah melarangnya selama lebih dari dua bulan dan mulai bekerja dengan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang baru dibentuk dan didukung AS.