Namun, karena masakannya tak berkuah, ia kerap mengolah kembali sisa nasi atau makanan lain dengan alat penanak nasi miliknya.
“Kadang saya masak sisa nasinya, dikasih air, lalu dibumbui. Kadang saya tambahi sayur yang dibeli di dekat hotel, sehingga persis dengan lidah orang Bugis Makassar,” tuturnya.
Khusus buah yang hampir setiap hari disiapkan, mereka malah mengolah menjadi rujak atau salad buah dibanding harus makan secara langsung. Seperti, apel dan buah pir. (silahuddin genda)