FAJAR, MAKKAH — Matahari di Kota Makkah membakar kulit. Minggu (8/6/2025), suhu mencapai 42 derajat Celcius tepat pukul 12.20 siang waktu Arab Saudi. Di tengah lalu lintas padat dan aroma debu gurun yang hangat, satu per satu jemaah haji Indonesia yang baru menyelesaikan nafar awal dari Mina tiba di pemondokan mereka di Sektor 8 Daerah Kerja Makkah.
Di antara keramaian, terlihat seorang lelaki berseragam PPIH bertuliskan “Inspektorat Jenderal Kemenag” berlari kecil menyeberangi jalan. Di pelukannya, seorang jemaah lanjut usia yang lemah tak berdaya karena stroke, kebingungan setelah diturunkan di hotel yang bukan tempatnya menginap. Lelaki itu adalah Inspektur Jenderal Kementerian Agama, Khairunas.
“Saya sebenarnya dalam kondisi yang kurang fit juga, masih minum obat. Tapi saya tidak tega melihat jemaah tidak bisa jalan dan mau menyeberang jalan, habis diturunkan bus dari Mina di hotel yang bukan tempat dia menginap,” ujarnya dengan peluh terlihat di dahinya.
Selain melakukan pemantauan langsung, Irjen Khairunas tak sekadar berdiri mengamati dari kejauhan. Ia justru turun tangan, menyingsingkan lengan, dan terlibat langsung memastikan setiap kebutuhan jemaah terpenuhi di titik-titik paling krusial.
“Saya tetap memantau pergerakan jemaah haji, dengan harapan dapat terlayani dengan baik semuanya. Ini ikhtiar untuk memberikan kenyamanan dan ketenangan jemaah haji Indonesia,” ucapnya.
Namun, Khairunas juga menyampaikan catatan penting. Ia menilai, tindakan syarikah yang menurunkan jemaah sembarangan tanpa memperhatikan kondisi fisik dan lokasi pemondokan adalah bentuk kelalaian yang serius.