Oleh: Muhammad Syarkawi Rauf (Chairman ASEAN Competition Institute)
FAJAR, MAKASSAR – Ekonom, John Maynard Keynes dalam The General Theory of Employment, Interest and Money yang dipublikasikan tahun 1936 menandai terjadinya pergeseran pemikiran dalam ilmu ekonomi. Gagasan Keynes menekankan pada countercyclical fiscal policy, yaitu peran kebijakan fiskal dalam melawan pelemahan ekonomi.
Siklus pelemahan ekonomi Indonesia terjadi sejak kuartal pertama 2025 yang ditandai oleh pelambatan pertumbuhan ekonomi secara tahunan menjadi 4,87 persen, yaitu lebih rendah dibandingkan ekspektasi sekitar 4,91 persen dan pertumbuhan kuartal keempat tahun 2024.
Pelambatan pertumbuhan ekonomi nasional, salah satunya karena penurunan permintaan domestik, dalam hal ini konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi penyumbang tertinggi dalam pertumbuhan ekonomi dan gangguan permintaan eksternal (ekspor) akibat perang tarif Amerika Serikat (AS) dengan China dan puluhan negara lainnya.
Penurunan permintaan dalam negeri dapat diamati pada terjadinya deflasi, yaitu indeks harga konsumen (IHK) mengalami penurunan sebesar 0,37 persen pada Mei 2025 dibandingkan inflasi April 2025.
Dimana, sejak 2005 hingga 2025, inflasi rata-rata secara nasional sekitar 0,42 persen, tertinggi sebesar 8,7 persen pada Oktober 2005 dan terendah sebesar -0,76 persen (deflasi) pada Januari 2025.
Hal ini sejalan dengan perkembangan inflasi tahunan atau year on year pada Mei 2025 yang menurun menjadi 1,6 persen dari 1,95 persen pada April 2025. Dimana, inflasi tahunan berada dalam target Bank Indonesia (BI) sebesar 1,5 – 3,5 persen.