Lebih dari sekadar destinasi wisata, Tokka diproyeksikan menjadi alternatif lokasi MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) di Sulawesi Selatan. Kawasan ini memiliki area menyerupai colosseum yang mampu menampung hingga 20 ribu orang, sangat cocok untuk pertunjukan kolosal budaya.
Executive Producer film Anak Lorong dari Indora Global Film, Rara, mengaku terpesona. “Saya sangat tertarik untuk menjadikan Tokka sebagai lokasi syuting. Keanekaragaman flora-fauna, bebatuan eksotis, dan area colosseum-nya sangat memikat. Tokka berpotensi menjadi studio alam yang luar biasa,” katanya diamini oleh Luthfi H. Matto, perwakilan aktor Makassar, dan Arul, Ketua Umum Koalisi Anak sekaligus Sekjen YDFI.
“Colosseum di sini dapat menjadi panggung pertunjukan kolosal, mulai dari ritual pattapuang hingga lakon epos rakyat Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja,” tambah Arul, sambil memandang ke arah panorama Kota Makassar dan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin dari puncak bukit.
Tokka juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Universitas Hasanuddin (Unhas), untuk mengembangkan kawasan ini sebagai pusat penelitian sosial dan teknologi. Penanaman bambu menjadi bagian dari pengembangan ekologis berkelanjutan.
Dengan potensi luar biasa sebagai ruang terbuka hijau (RTH), pusat sains, dan studio alam, Tokka Tena Rata siap menjadi landmark budaya dan ekowisata yang menghubungkan Maros dan Makassar. (*)