Ia juga menceritakan pengalamannya saat mengunjungi daerah-daerah terpencil di Sulsel, di mana sebagian masyarakat hanya mengkonsumsi ikan kering berukuran kecil sebagai lauk utama, bahkan untuk jangka waktu berbulan-bulan. Menurutnya, ini menjadi bukti nyata bahwa pemberdayaan harus dimulai dari kelompok kecil namun dijalankan dengan sungguh-sungguh.
“Cukup sepuluh orang dulu dibina secara serius, tapi benar-benar terukur hasilnya. Kalau semua pihak ambil bagian, dampaknya akan meluas,” ujarnya.
RCEO Regional X BSI, Sukma Dwie Priardi, menambahkan bahwa pemilihan desa dilakukan melalui proses kajian selama lebih dari satu tahun. Beberapa aspek yang menjadi pertimbangan antara lain potensi sumber daya alam, kesiapan sumber daya manusia, dan dukungan dari pemangku kepentingan lokal.
“Tujuan utama kami adalah menciptakan model pemberdayaan zakat produktif yang berdampak nyata, terukur, dan berkelanjutan. Kami berharap ini bisa direplikasi di banyak daerah lain,” bebernya. (edo)