Lebih dari 100 kepala keluarga telah terlibat dalam tahap awal program ini, yang juga memperkuat peran perempuan dalam aktivitas pengolahan pascapanen. Model ini diharapkan menjadi contoh ekonomi inklusif yang tidak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga pada pemerataan manfaat sosial.
Secara nasional, program Desa BSI telah menjangkau 23 desa di 14 provinsi sejak diluncurkan. Total dana pemberdayaan yang telah digelontorkan mencapai lebih dari Rp95 miliar. Program ini menyasar wilayah dengan potensi lokal yang kuat namun belum maksimal terkelola secara produktif, termasuk sektor pertanian, peternakan, hingga perikanan.
Di Makassar sendiri, BSI telah mendirikan UMKM Center yang berfungsi sebagai pusat pelatihan, pendampingan, dan inkubasi bisnis untuk masyarakat. Lembaga ini menjadi tempat bertumbuhnya pelaku usaha kecil agar naik kelas menjadi wirausahawan mandiri dan tangguh secara finansial.
“Kami ingin para mustahik (penerima manfaat zakat) bisa naik kelas menjadi muzakki (pemberi zakat). Ini semangat keberkahan dalam ekonomi syariah: dari penerima menjadi pemberi, dari usaha mikro menjadi pelaku usaha yang tangguh,” tambah Anton.
Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, menyambut baik kontribusi BSI dalam menggerakkan ekonomi daerah. Ia menekankan pentingnya membangun ekosistem usaha rakyat yang terstruktur dan terintegrasi dari hulu ke hilir.
“Kita sering temui di lapangan, ada permintaan alat-alat pertanian, tapi ternyata mereka bukan pemilik sawahhanya penggarap. Maka program seperti ini penting, karena dia menyasar masyarakat secara tepat dan memberi nilai jangka panjang,” ujarnya.