Ayub — panggilan akrab Maharki Ayub — mengaku istri pertamanya meninggal di usia 35 tahun. “Saya menikah itu di usia 25 tahun. Tapi, istri saya meninggal pas berusia 35,” ungkapnya.
Ayub tinggal di Nabire sejak masih belia karena ikut orang tua.
Dia besar dan menyelesaikan studi di kabupaten provinsi Papua. Setamat SMA, ia kemudian menguji nasib dengan mendaftar sebagai CPNS. “Dua tahun lalu saya pensiun dari PNS. Sekarang banyak berkebun untuk mengisi aktivitas,” ujarnya.
Senin hari ini (25/5/2025), Fajar (MCH) mendapat kabar jika Maharki Ayub dan dua istrinya tidak bisa sekamar. Hanya saja, mereka bernaung di hotel yang sama Hotel 222 Durrat Al Massa. “Kami semua rombongan di hotel yang sama Pak. Hanya saja beda kamar semua,” tutur salah seorang petugas haji daerah (PHD) asal Nabire.
Meski tak bisa disatukan di kamar yang sama, Ayub tetap bahagia karena bisa dengan tenang beribadah. “Insha Allah, kami sangat bersyukur bisa tenang dan petugas ramah-ramah di sini bisa memfasilitasi,” ujarnya. Bagi Ayub, beribadah ke tanah suci bukan sekadar panggilan. Tapi juga bisa menguji dirinya untuk bersikap adil dan tetap amanah. (sg)