“Para jemaah, terutama yang Lansia atau memiliki penyakit penyerta seperti jantung, hipertensi, dan diabetes, untuk mengurangi ibadah sunah yang membutuhkan pengerahan tenaga ekstra. Contohnya, mengurangi frekuensi umroh, tawaf sunah berulang kali, menghindari jalan kaki jarak jauh ke Masjidil Haram ataupun Masjid Nabawi, serta wisata ziarah. Jemaah harus memastikan waktu istirahat yang cukup,” tegas Liliek.
Ibadah sunah memang memiliki pahala yang besar, namun kesehatan dan keselamatan jiwa jauh lebih utama, terutamanya pada saat pelaksanaan haji di Armuzna.
“Kami menganjurkan jemaah untuk tidak memaksakan diri. Hindari beribadah di siang hari yang terik. Gunakan selalu APD seperti masker, payung, kacamata hitam, alas kaki, ketika akan dan saat melakukan ibadah. Minum air putih atau air zam-zam sedikit demi sedikit hingga 2 liter per hari. Jangan lupa juga minum oralit sehari sekali agar tidak dehidrasi,” imbau Liliek.
Lebih lanjut, Ia pun mengingatkan agar para jemaah yang sakit dan yang sudah minum obat untuk diminum secara teratur. Hindari stres dengan selalu berpikiran positif dan berzikir. Periksa kesehatan 3x seminggu ke petugas kesehatan untuk memastikan faktor risiko penyakit terkendali.
“Dan, yang paling penting adalah dampingi jemaah dengan komorbid dan Lansia yang memiliki riwayat jantung bekerja sama dengan ketua regu dan jemaah yang sehat,” ucap Liliek.
Tujuan utama adalah meraih haji mabrur, dan itu harus dicapai dengan kondisi fisik yang prima. Oleh karena itu, imbauan tegas ini diharapkan dapat menekan angka kematian jemaah di tahun ini. (sg)