Oleh: Muhammad Ilham Mubarok
Statistisi Ahli Pertama, BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Data statistik tidak selalu berjalan linier dengan persepsi umum, seperti anggapan bahwa peningkatan ekonomi akan otomatis menurunkan tingkat pengangguran. Asumsi ini tidak sepenuhnya keliru, tetapi kenyataannya hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran tidak selalu sejalan. Baik dalam kondisi ekonomi tumbuh maupun menurun, pengaruhnya terhadap tingkat pengangguran kerap kali tidak langsung. Di sinilah pentingnya peran data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam menjelaskan keterkaitan antarindikator dan menggambarkan realitas yang terjadi.
BPS Provinsi Sulawesi Selatan melaporkan bahwa pada triwulan I tahun 2025, ekonomi Sulsel tumbuh sebesar 5,78 persen secara year on year dibandingkan triwulan I-2024. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak triwulan I-2022. Namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan IV-2024), ekonomi justru mengalami kontraksi sebesar -4,12 persen.
Di sisi lain, data ketenagakerjaan menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2025 meningkat menjadi 4,96 persen, naik dari 4,90 persen pada Februari 2024. Jumlah pengangguran bertambah sekitar 8,12 ribu orang, meskipun ekonomi tumbuh positif.
Lantas, mengapa pertumbuhan ekonomi yang menguat justru diiringi peningkatan pengangguran? Hal ini dapat dijelaskan melalui analisis struktur ekonomi dan ketenagakerjaan. Struktur ekonomi menunjukkan kontribusi masing-masing lapangan usaha terhadap pertumbuhan. Sementara struktur ketenagakerjaan dapat menunjukkan bagaimana struktur ketenagakerjaan berubah di tengah pertumbuhan ekonomi, implikasi dari perubahan tersebut seperti pergeseran ke sektor informal, serta menyimpulkan bahwa kualitas pertumbuhan ekonomi seharusnya dilihat dari struktur ketenagakerjaan yang sehat dan berimbang.