FAJAR, JEDDAH, — Bimbingan ibadah (Bimbad) menjadi salah satu layanan yang diberikan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) kepada jemaah haji Indonesia saat tiba di Bandar Udara King Abdul Aziz, Jeddah.
Di ruang Paviliun bandara, sebelum jemaah haji melanjutkan perjalanan ke Makkah, mereka diberikan bimbingan ibadah, khususnya tata cara berihram yang masih banyak dilanggar jemaah saat tiba dari tanah air.
Bimbad Muhammad Sirot Al Mustaqim mengatakan, masih ada beberapa jemaah yang tidak mematuhi tata cara berihram dari tanah air sebelum tiba di Jeddah. Padahal, kata dia, mereka sudah niat ihram di perbatasan Yalamlan.
“Ada pakai kaos kaki, pakaian dalam, topi. Ini yang harus disampaikan ke jemaah agar disempurnakan sebelum masuk Tanah Haram,” ujar Sirot.
Sirot juga setiap saat memberikan manasik singkat seputar pelaksanaan ibadah haji sebelum bertolak di Makkah. Misalanya, tawaf, sai, dan saat mereka berada di Armuzna.
Jemaah haji mengatakan bimbingan ibadah merupakan kegiatan yang menyenangkan dan membuat tenang jemaah yang baru tiba dari tanah air.
“Kami merasa ini banyak manfaatnya karena sebagian yang kami dapatkan di tanah air sebelum berangkat biasanya lupa saat pelaksanaan di tanah suci,” ujar Malison, jemaah haji asal Palembang yang tiba di Jeddah, kemarin.
Malison datang di tanah suci bersama istrinya. Hanya saja, lansia ini mengalami stroke beberapa tahun kalau sehingga harus menggunakan kursi roda.
Jemaah haji lainnya, Listya, juga merasa banyak manfaat dari bimbingan ibadah haji ini. Dia mengatakan bimbingan ibadah membuat jemaah semakin paham tentang pelaksanaan ibadah haji.
“Perjalanan haji yang dulunya awam sekarang sudah ada peningkatan,” ujarnya.
Pembimbing ibadah lainnya, KH Waryono Abdul Ghofur menjelaskan makna dari sejumlah rangkaian ibadah haji. Salah satunya ialah sai yang disebutnya akan mengajari jemaah haji soal keteguhan sosok Hajar yang tunduk dan patuh atas perintah Allah.
“Sai mencari Hajar-Hajar baru, membentuk perempuan-perempuan berintegritas yang mampu mendidik anak-anaknya,” ujar Waryomo.
Pembimbing haji juga memberikan pemahaman mulai niat berhaji, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, lempar jumrah, hingga tahalul. Pembimbing juga menjelaskan tentang skema murur dan tanazul yang akan dilakukan pada tahun ini untuk memudahkan jemaah lansia serta risiko tinggi.
Pembimbing ibadah lainnya, KH Abdul Malik, mengajak jemaah haji belajar dan mendalami keikhlasan selama proses haji. Dia meminta jemaah ikhlas dan tidak marah jika tak dipanggil ‘haji’ atau ‘hajah’ saat pulang ke Indonesia nanti.
“Belajar ikhlas nanti diterapkan saat pulang. Misalnya, jangan ada yang marah kalau tidak dipanggil haji atau hajah. Misal undangan nikahan tidak mencantumkan gelar hajinya, jangan marah,” kata Abdul Malik. (sg)
Bimbad di Jeddah, Jemaah Mengaku Akhirnya Banyak Tahu
