English English Indonesian Indonesian
oleh

Slippery Slope: Jerat Ketakutan yang Membelenggu Kemajuan Masyarakat Mandar

Seperti kata pepatah Mandar: “Isseng ri laleng toipangngi, tau ri laleng massolong”—Berbeda dalam cara, tetapi bersatu dalam tujuan. Perubahan memang menakutkan, apalagi ketika menyentuh nilai-nilai tradisional yang telah hidup puluhan tahun lamanya. Namun justru melalui perubahan yang disikapi dengan bijaklah kita bisa tumbuh dan bertahan dalam dunia yang terus bergerak.

Kita tidak harus meninggalkan akar budaya untuk berkembang; justru dengan pemahaman yang lebih dalam terhadap nilai-nilai luhur, kita bisa menjadikannya fondasi dalam merangkul masa depan. Pendidikan perempuan bukanlah ancaman bagi moralitas, tetapi justru jembatan menuju masyarakat yang lebih cerdas, seimbang, dan adil. Ketika anak perempuan diberi kesempatan untuk belajar dan bermimpi, mereka tidak hanya mengangkat derajat dirinya sendiri, tetapi juga keluarga dan kampung halamannya.

Daripada terus dicekam oleh skenario-skenario terburuk, mari kita bangun narasi baru: narasi tentang anak perempuan Polewali Mandar yang pulang membawa gelar, gagasan, dan semangat membangun. Narasi tentang perempuan yang tidak kehilangan akarnya, tetapi justru membuat akar itu tumbuh lebih dalam dan lebih kuat. Inilah saatnya kita menulis ulang masa depan Mandar dengan tangan terbuka, hati yang berani, dan pikiran yang merdeka dari jebakan slippery slope. (*)

News Feed