English English Indonesian Indonesian
oleh

Slippery Slope: Jerat Ketakutan yang Membelenggu Kemajuan Masyarakat Mandar

Yang lebih memprihatinkan, pola pikir ini tidak hanya menghambat kemajuan individu, tetapi juga perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Ketika sebagian besar perempuan dibatasi pendidikannya, kita sebenarnya kehilangan potensi besar. Bayangkan berapa banyak dokter, guru, atau pengusaha perempuan berbakat dari Mandar yang tidak pernah kesampaian karena dikubur oleh ketakutan-ketakutan yang tidak berdasar.

Yang terjadi sebenarnya adalah ketakutan akan perubahan. Masyarakat kita terjebak dalam pemikiran bahwa mempertahankan tradisi berarti menolak semua bentuk perubahan. Kita lupa bahwa budaya adalah sesuatu yang hidup, yang harus terus tumbuh dan beradaptasi. Tradisi yang kaku dan tidak mau berubah justru akan mati dengan sendirinya, ditinggalkan oleh generasi muda yang melihatnya sebagai sesuatu yang tidak relevan.

Lalu bagaimana kita bisa melepaskan diri dari jerat slippery slope ini? Pertama-tama, kita perlu membangun kesadaran kritis di masyarakat. Banyak ketakutan ini muncul karena kurangnya informasi dan pemahaman. Sosialisasi dari tokoh-tokoh masyarakat, baik tokoh agama maupun adat, sangat penting untuk memberikan perspektif yang lebih seimbang.

Kedua, perlu ada ruang dialog antar generasi. Kaum tua yang khawatir akan perubahan perlu mendengar suara generasi muda yang haus akan kemajuan. Sebaliknya, generasi muda juga perlu belajar menghargai kebijaksanaan yang dimiliki para sesepuh.

Terakhir, dan yang paling penting, kita perlu lebih banyak berbagi cerita sukses. Ketika masyarakat melihat langsung manfaat dari perubahan—bagaimana seorang perempuan berpendidikan tinggi bisa membangun usaha yang menyejahterakan keluarga—secara perlahan ketakutan-ketakutan irasional itu akan pudar dengan sendirinya.

News Feed