English English Indonesian Indonesian
oleh

Seminar Nasional Transportasi di UNM, Bahas Transportasi Humanis dan Tantangan Revolusi Industri 5.0

FAJAR, MAKASSAR– Seminar Nasional Transportasi yang mengangkat tema “Transportasi Humanis Mendukung Revolusi Industri 5.0” telah sukses diselenggarakan.

Para pakar transportasi hadir di Gedung Theater Menara Phinisi, lantai 2 Universitas Negeri Makassar (UNM), Rabu (21/5).

Kegiatan ini menjadi ruang diskusi penting yang mempertemukan para akademisi, praktisi, dan mahasiswa untuk membahas arah kebijakan transportasi masa depan yang inklusif dan berbasis teknologi.

Kegiatan ini dirangkaikan dengan Rapat Tengah Tahun (RTT) Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT) yang dihadiri perwakilan dari lebih 150 institusi, baik dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Swasta (PTS) se-Indonesia.

RTT sendiri merupakan forum strategis tahunan yang memuat agenda pelaporan kegiatan dan pembahasan program kerja forum.

Ketua Panitia Pelaksana, Qadriati Dg. Bau, yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat dan Teknologi Tepat Guna LP2M UNM, menegaskan bahwa RTT memiliki peran vital dalam keberlangsungan forum.

“RTT ini diadakan setahun sekali, dihadiri oleh perwakilan resmi dari setiap kampus anggota. Forum ini juga menjadi ruang penentuan arah forum ke depan,” ujarnya.

Menurut Qadriati, salah satu hal penting yang dibahas dalam RTT adalah evaluasi kinerja komisi-komisi forum.

“Ada komisi seperti komisi publik yang memaparkan hasil-hasil kerja, termasuk aktivitas komunikasi publik yang telah dilakukan selama satu tahun terakhir,” tambahnya.

Dalam forum tersebut juga ditetapkan lokasi penyelenggaraan Rapat Akhir Tahun (RAT) dan Simposium Transportasi mendatang.

Untuk RAT yang akan digelar Agustus tahun ini, diputuskan akan berlangsung di Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun, sementara untuk tahun berikutnya ditunjuk Universitas Negeri Padang sebagai tuan rumah.

Ketua Dewan Pengurus FSTPT, Andyka Kusuma, ST., M.Sc., Ph.D menyatakan bahwa forum ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana akademik, tetapi juga memperkuat jejaring antar insan transportasi di Indonesia.

“Forum ini diikuti oleh 164 institusi anggota dari Sabang sampai Merauke. Kita ingin membangun ekosistem keilmuan yang sinergis untuk masa depan transportasi Indonesia,” jelasnya.

Seminar nasional yang digelar sehari sebelum RTT tersebut menghadirkan berbagai pakar transportasi dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga riset.

Salah satu isu utama yang diangkat adalah pentingnya pendekatan humanis dalam membangun sistem transportasi di era Revolusi Industri 5.0 yang sarat teknologi.

Andyka menekankan bahwa pembangunan transportasi tidak hanya soal sistem dan infrastruktur, tapi juga perlu mempertimbangkan konteks sosial, budaya, dan tata guna lahan.

“Di Makassar, misalnya, tantangan transportasi bukan hanya pada teknis operasional, tetapi juga pemanfaatan ruang kota dan budaya berkendara masyarakat,” jelasnya.

Ia menyoroti bahwa konsep transportasi humanis harus berbasis pada kebutuhan warga kota sebagai subjek utama layanan.

Artinya, setiap pembangunan transportasi harus mudah diakses, inklusif, dan sesuai dengan karakteristik lokal.

“Kita tidak bisa serta-merta meniru sistem di Jakarta. Setiap kota punya keunikan tersendiri,” tegasnya.

Pentingnya pendekatan lokal juga dibahas dalam konteks pengembangan kawasan aglomerasi Makassar, Maros, dan Gowa.

Andyka menilai kawasan ini memiliki potensi sebagai pusat urban yang harus ditunjang transportasi komuter seperti kereta urban. “Kalau hanya membangun transportasi di dalam kota, tapi kawasan aglomerasinya tertinggal, maka upaya itu jadi sia-sia,” katanya.

Forum juga menyoroti perlunya perubahan cara pandang pemerintah terhadap transportasi, dari yang semula dianggap sebagai beban anggaran (cost center) menjadi bentuk pelayanan publik (service center).

“Hal ini dinilai penting untuk mendorong percepatan pembangunan sistem transportasi yang berkelanjutan,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Qadriati juga menjelaskan bahwa forum seperti FSTPT memiliki posisi strategis dalam mendukung pendirian program studi baru di bidang transportasi.

“Salah satu syarat pendirian Prodi Transportasi adalah rekomendasi dari forum ini dan dari MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia),” jelasnya.

Oleh karena itu, UNM sebagai tuan rumah sangat mendukung kegiatan ini karena memiliki dampak timbal balik yang positif.

Selain memperluas jejaring, juga mendukung pengembangan akademik dan kelembagaan kampus, khususnya dalam bidang transportasi.

Di akhir forum, para peserta menyepakati pentingnya kelanjutan diskusi dan pengembangan keilmuan transportasi dalam skala nasional dan internasional.

Forum akan kembali digelar dengan skala internasional dalam dua tahun ke depan sebagai upaya memperluas wawasan global di kalangan akademisi transportasi.

Seminar dan RTT ini diharapkan menjadi landasan kuat bagi para pemangku kepentingan untuk merumuskan kebijakan dan inovasi transportasi berbasis humanisme dan teknologi.

Sebuah langkah awal menuju sistem transportasi nasional yang lebih adil, inklusif, dan berorientasi masa depan.(wis)

News Feed