Dengan pendekatan ini, orientasi medan akan lebih terstruktur. Nantinya saat petugas tiba di Makkah, selain teori, juga akan ada geladi lapangan secara langsung untuk memperkuat pemahaman.
“Jadi nanti ketika ditanya mana Pos A, mana sektor ad-hoc yang kita pelajari, teman-teman sudah paham,” ucapnya.
Harun juga menekankan pentingnya perhatian khusus terhadap jemaah lanjut usia dan disabilitas. Salah satu program andalannya adalah Safari Wukuf Lansia, yang memungkinkan jemaah dengan keterbatasan fisik tetap bisa menjalankan ibadah wukuf secara aman dan nyaman.
Setiap syarikah disebutkan telah mulai mempersiapkan tenda dan infrastruktur khusus, bahkan membuat gapura pembeda sebagai simbol keseriusan pelayanan.
“Dengan adanya delapan syarikah yang siap, ini jadi bukti komitmen Arab Saudi dalam memberikan layanan terbaik,” ujarnya.
Di luar fase Armuzna, Harun mengungkapkan adanya peningkatan jumlah pos pemantauan di area Masjidil Haram.
Dari semula tujuh, kini menjadi sembilan pos. Penambahan dilakukan untuk menjangkau jemaah yang tersebar di hotel-hotel sekitar Masjidil Haram.
Pos-pos ini mencakup area strategis seperti Terminal Syib Amir, Bukit Marwa, WC 3, Mathaf, depan Zamzam Tower, kawasan perluasan Abdullah, hingga Jabal Ka’bah.
“Teman-teman dari Daker Madinah juga akan diperbantukan di sana saat menjelang puncak haji,” tambahnya.
Menutup arahannya, Harun memberikan imbauan kepada jemaah haji Indonesia agar mempersiapkan diri menyambut puncak haji dengan menjaga kesehatan secara optimal.
“Cuaca di Arab Saudi sangat berbeda dengan Indonesia. Perbanyak minum, jangan tunggu haus, dan jaga stamina,” pesannya.