Oleh: Andi Januar Jaury Dharwis
Sulawesi Selatan kini menjelma sebagai salah satu episentrum pertumbuhan ekonomi kreatif di kawasan timur Indonesia. Berdasarkan data terbaru, provinsi ini menyumbang lebih dari 3% dari total pelaku ekonomi kreatif nasional. Dominasi subsektor kuliner, fesyen, dan kriya menandai wajah ekonomi kreatif daerah ini, dengan lebih dari 45% di antaranya merupakan pelaku usaha mikro dan kecil yang tersebar di wilayah perkotaan seperti Makassar, serta mulai tumbuh di sentra-sentra kreatif baru seperti Maros, Gowa, dan Parepare.
Di jantung provinsi, Kota Makassar tampil sebagai motor penggerak utama. Dikenal luas sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia, kota ini menampung lebih dari 35.000 pelaku ekonomi kreatif aktif. Geliat kreativitas terlihat mencolok pada subsektor musik, seni pertunjukan, desain komunikasi visual, hingga film yang banyak digerakkan oleh generasi muda dan komunitas kampus.
Meski kontribusinya nyata, para pelaku ekonomi kreatif menyuarakan harapan besar terhadap kebijakan yang lebih berpihak. Mulai dari kemudahan dalam pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI), akses pembiayaan berbasis ide kreatif, hingga penyediaan ruang terbuka dan program inkubasi usaha yang mendukung eksistensi mereka dalam jangka panjang.
Lebih jauh, mereka menekankan pentingnya peran pemerintah daerah sebagai fasilitator, bukan sekadar regulator. Kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi kunci, agar program pengembangan ekonomi kreatif tidak berhenti pada seremoni belaka, melainkan menjadi bagian dari arus utama pembangunan daerah yang inklusif dan berkelanjutan. (sae)