Kini, HB menempati posisi sebagai Ketua PMI Kota Palopo, sekaligus terus aktif dalam gerakan-gerakan sosial dan kemanusiaan. Lebih dari itu, ia memiliki pandangan kontemporer tentang arah pembangunan Kota Palopo yang tidak hanya bernas secara teoritis, tetapi juga konkret dan terukur. Empat gagasan strategisnya patut menjadi referensi utama dalam upaya menjawab tantangan pembangunan ke depan.
- Kerja Sama Regional Kawasan Teluk Bone
Sebagai kota pesisir yang terletak di jantung Teluk Bone, Palopo memiliki peluang besar untuk menjadi The Capital of the Bone Bay Area. HB mengusulkan kerja sama lintas daerah antara 12 kabupaten/kota di wilayah Teluk Bone untuk mengembangkan potensi ekonomi maritim, mulai dari perikanan, transportasi laut, hingga pariwisata.
Dengan infrastruktur pelabuhan Tanjung Ringgit dan posisi geografis strategis, Palopo bisa menjadi simpul utama konektivitas regional, termasuk dalam poros wisata Bali–Toraja–Larantuka. Namun untuk mewujudkan ini, HB menekankan pentingnya revisi RTRW Kota Palopo yang mengakomodasi dimensi laut, dan mendorong pemerintah pusat menetapkan Teluk Bone sebagai kawasan strategis nasional.
- Revitalisasi Kota Tua sebagai Kota Pusaka
Palopo adalah warisan sejarah Kedatuan Luwu, dengan peninggalan seperti Istana Datu (Langkanae), Mesjid Djami’ Tua, dan kawasan makam raja-raja di Lokkoe. Statusnya sebagai Kota Pusaka menuntut kebijakan revitalisasi, bukan hanya fisik bangunan, tetapi juga pelestarian kearifan lokal—seperti ritual adat, busana tradisional, dan tarian khas Luwu.
Kompleks Lalebata sebagai jantung kota tua harus dipelihara dan dikembangkan sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya yang unggul. Revitalisasi ini juga akan menjadi instrumen menjaga identitas Palopo di tengah arus modernisasi.