English English Indonesian Indonesian
oleh

Himpra FIB Unhas Bersuara Lewat Seni: Gugah Kesadaran dalam Menyikapi Berbagai Permasalahan

FAJAR, MAKASSAR-Himpunan Mahasiswa Sastra Prancis (Himpra), Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Hasanuddin (Unhas) menyuarakan berbagai permasalahan melalui seni. Ini untuk menggugah kesadaran publik.

Gelaran seni “La Fête De La Culture” (Festival Budaya) ini berlangsung di Aula Prof. Mattulada pada Jumat, 16 Mei 2025. Lebih dari tiga jam mereka menyuguhkan beragam pertunjukan yang memukau.

Para penonton disuguhi penampilan mulai dari tari tradisional dan kontemporer, pembacaan puisi karya Wiji Thukul dan WS Rendra, hingga pementasan teater bertajuk “Lustrum Hominum”. Himpra juga membuka ruang ekspresi bagi organisasi mahasiswa lain, di antaranya kelompok musik balada SPaSI IMSI, HIMAB -mahasiswa Sastra Asia Barat yang melantunkan lagu berbahasa Arab, serta penampilan dari Komunitas Musik Caritas.

Puncak acara adalah pementasan teater yang mengangkat isu perkotaan. Lakon tersebut menyajikan kritik terhadap kepemimpinan kota dan menawarkan perspektif yang lebih luas mengenai pekerja seks komersial, tidak hanya dari satu sudut pandang.

Adegan pembuka menampilkan sosok bermake-up tebal dengan alis melengkung dan senyum runcing, menyerupai Joker. Seorang pria berkemeja putih membawa mimbar bertuliskan “Lustrum Hominum”, yang diperankan sebagai bawahan pemimpin berjas.

“Yang terhormat para pejabat tinggi Lustrum Hominum,” ujar aktor yang berperan sebagai pemimpin di mimbar. “Kita tak lama lagi menjadi kota yang maju, tak tertinggal dari segi ekonomi dan peradaban. Dengan investasi asing, kita akan membangun dan memperlebar jalan raya, menjadi lebih kompetitif di era pasar saat ini.”

Dialog selanjutnya menggambarkan janji pembangunan yang akan membuka lapangan kerja lebar-lebar dan menjadikan kota sebagai pusat investasi asing dengan gedung-gedung tinggi serta tata kota yang indah. Namun, di tengah pembangunan tersebut, praktik kongkalikong dan korupsi merajalela.

Selain isu kepemimpinan, juga mengkritik para sarjana melalui adegan orang berpendidikan yang datang ke lokalisasi, memicu dialog tentang siapa yang bermoral antara kaum terpelajar dan pekerja seks komersial?

Semua peristiwa ini disaksikan oleh karakter Joker, yang diperankan oleh seorang aktor dengan riasan mencolok dan mendominasi panggung sejak awal hingga akhir pertunjukan. Puncak dari pementasan ini adalah adegan ketika Joker membunuh para aktor dan menumpuk mereka di atas pentas, lalu duduk di atas tumpukan tersebut sambil mengakhiri pertunjukan dengan senyum khasnya. “Ini adalah representasi pesimisme kehidupan masyarakat kota,” ungkap Apri, penulis naskah teater tersebut.

Ketua Himpra Unhas, Ismail Irgi Haruna, menjelaskan, “La Fête De La Culture” merupakan kegiatan pentas kesenian yang diinisiasi oleh pengurus Himpra KMFIB Unhas. LFDC tahun ini mengusung tema “Disrupsi Kebudayaan di Era Digitalisasi”. Tema ini diangkat sebagai respons atas keresahan dan kegelisahan anggota Himpra terkait kehidupan perkuliahan dan bermasyarakat.

Kata dia, kehidupan akademik yang cenderung lesu dan kehilangan gairah intelektual di era digital ini membentuk mahasiswa yang konsumtif, individualistis, serta kurang memiliki empati terhadap sesama mahasiswa, civitas akademika, dan masyarakat luas.

“Kebekuan intelektual dan empati inilah yang kemudian menjadi semangat teman-teman Himpra untuk memanifestasikannya dalam sebuah pertunjukan kreatif bertajuk La Fête De La Culture,” tuturnya. Kegiatan ini diharapkan menjadi titik balik bagi anggota Himpra untuk lebih menggiatkan proyek-proyek kreatif yang dapat memicu kesadaran dalam menyikapi berbagai permasalahan kemahasiswaan dan sosial. (*/)

News Feed