FAJAR, MAKASSAR — Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan (Kanwil Kemenag Sulsel) bersama Badan Kerja Sama Organisasi Wanita (BKOW) Sulsel, UNICEF, dan Jenewa Institute menggelar sosialisasi pesan kunci pencegahan stunting.
Kegiatan ini dirangkaikan dengan acara silaturahmi BKOW dan bertujuan memperkuat upaya penanggulangan masalah gizi kronis tersebut.

Sosialisasi ini menghadirkan pakar gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas), Prof. dr. H. Veni Hadju, M.Sc., Ph.D., yang menekankan pentingnya pendekatan multisektoral dalam menangani stunting.
“Stunting tidak bisa ditangani secara sektoral. Keterlibatan semua pihak, termasuk lembaga masyarakat, sangat krusial,” tegas Prof. Veni.
Ia memaparkan tiga pesan kunci pencegahan stunting yang disosialisasikan, yaitu:
- Perawatan kehamilan yang optimal bagi ibu hamil, termasuk konsumsi tablet tambah darah dan makanan bergizi;
- Pemberian ASI eksklusif serta MP-ASI bergizi bagi bayi di bawah dua tahun;
- Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita melalui kunjungan rutin ke Posyandu.
Menurut Prof. Veni, sosialisasi ini bertujuan merangkul seluruh elemen masyarakat dan lembaga terkait untuk bersama-sama mengatasi stunting secara berkelanjutan.
Dari pihak UNICEF, Nutrition Officer Nike Frans, M.P.H., menyatakan komitmennya untuk terus menjalin kerja sama dengan organisasi masyarakat strategis, termasuk BKOW, guna mengedukasi masyarakat secara luas.
“Sebagai wadah organisasi wanita di Sulsel, BKOW diharapkan mampu menyebarluaskan pesan kunci pencegahan stunting kepada anggotanya dan masyarakat,” ujar Nike.
Ia juga menegaskan dukungan UNICEF terhadap upaya pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam menanggulangi stunting dan masalah gizi lainnya.
Ketua BKOW Sulsel, Prof. Dr. Ir. Hj. Apiaty K. Amin Syam, M.Si., menyampaikan kesiapan pihaknya untuk menindaklanjuti hasil sosialisasi ini.
“Kami akan memastikan informasi ini menjangkau para kader Posyandu dan masyarakat, khususnya ibu hamil, calon pengantin, dan keluarga yang memiliki anak balita. Kami juga akan terus menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak guna menurunkan angka stunting,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa peran ibu sangat penting dalam memberikan edukasi dan penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat, serta menekankan pentingnya kesetaraan gender dalam upaya pencegahan stunting.
Sosialisasi ini juga menyoroti tingginya beban malnutrisi di Indonesia, termasuk angka wasting dan stunting yang masih memprihatinkan. Melalui kolaborasi lintas sektor, diharapkan upaya ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam menurunkan angka stunting di Sulawesi Selatan dan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas. (Uni/*)