FAJAR, MAKASSAR — Komunitas ojek online yang tergabung dalam Driver Online Bersatu Bergerak (Dobrak) Makassar menolak wacana merger dua perusahaan ride-hailing terbesar di Indonesia yakni Grab dan Goto, yang membawahi Gojek.
Koordinator Dobrak Makassar Eeng mengatakan wacana merger Goto dengan Grab, perusahaan teknologi yang berbasis di luar negeri, khususnya Singapura ini, bukan hanya persoalan bisnis, melainkan ancaman kedaulatan ekonomi digital nasional.
Bahkan, ini mengarah pada bentuk baru penjajahan oleh pelaku kapitalisme global ke dalam ekonomi rakyat.
Imbasnya, penguasaan ini akan membuat para ojek online juga akan terdampak signifikan dari rencana penggabungan ini.
Dia mengatakan, Goto merupakan perusahaan yang telah melibatkan jutaan pelaku ekonomi kecil dan menengah, dari mitra driver, ojek daring sampai UMKM.
Banyak dari mereka sebelumnya adalah pengangguran yang secara status sosialnya adalah kaum yang terpinggirkan, kaum marginal, saat ini mendapat ruang, minimal bisa mengangkat status sosial yang sangat sederhana, sebelumnya tidak memiliki pendapatan.
“Hari ini sudah memberi jaminan hidup, asap dapur aman dan hak hidup layak,” katanya.
Mewakili aspirasi komunitas ojol wilayahnya, Eeng menegaskan para ojol yang tergabung dalam Dobrak terus menyerukan serta menagih jiwa nasionalisme pemerintah.
Sebelumnya Koalisi Ojol Nasional atau KON juga menyatakan penolakannya terhadap wacana merger Grab-GoTo.
Ketua KON, Andi Kristiyanto menyatakan akan terjadi ledakan pengangguran jika merger benar-benar terjadi.