FAJAR, MAKASSAR — Di tengah ketidakpastian ekonomi global, kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Sulsel menunjukkan ketangguhannya. Meski penerimaan negara mengalami penurunan, belanja negara terus tumbuh, menjaga daya tahan ekonomi daerah. Hal ini terungkap dalam konferensi pers daring yang digelar Kantor Wilayah Kementerian Keuangan Provinsi Sulawesi Selatan, Rabu, 7 Mei 2025.
Inflasi Sulsel per Maret 2025 tercatat sebesar 0,67 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), didorong oleh kenaikan harga jasa perawatan pribadi dan layanan lainnya. Sementara itu, neraca perdagangan masih mencatatkan surplus, meskipun terjadi penurunan nilai ekspor dan impor dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada sisi penerimaan negara, tercatat realisasi penerimaan pajak mencapai Rp2,03 triliun atau 15,37 persen dari target, turun sekitar 6,53 persen secara tahunan. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk penyesuaian tarif efektif dalam program Tarif Efektif Rata-rata (TER). Penerimaan bea dan cukai juga mengalami penurunan sebesar 26,86 persen, sementara penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari kekayaan negara dan lelang tercatat sebesar Rp6,68 miliar.
Sebaliknya, belanja negara justru menunjukkan tren positif. Realisasi belanja pemerintah pusat mencapai Rp3,71 triliun, meningkat 0,89 persen dibanding tahun lalu. Adapun transfer ke daerah (TKD) mencapai Rp7,89 triliun, naik 6,14 persen. Porsi belanja masih didominasi oleh TKD, yaitu sebesar 67,98 persen dari total belanja negara di Sulsel.