Hasil akhir mesin Sangraipung mampu memproses hingga 15 kilogram bahan baku dalam satu kali sangrai. Proses sangrai berlangsung sekitar 10 menit dengan menggunakan tungku dua sumbu dan api sedang.
“Setelah matang dan menghasilkan aroma sedap, tepung dikeluarkan dari tabung, didinginkan, disaring, dan dikemas untuk dipasarkan,” ucapnya.
Uji coba mesin ini telah melibatkan mitra industri Central Teknik Pare Pare, serta mendapatkan pengamatan langsung dari tim BBPPMPV BOE Kemendikdasmen yang berkunjung ke SMKN 3 Sidenreng Rappang.
Mereka menyaksikan langsung cara kerja alat serta hasil produksinya, yang dinilai memenuhi standar efisiensi dan kualitas industri.
Keberhasilan inovasi Sangraipung menjadi bukti nyata bahwa pendidikan vokasi mampu memberikan kontribusi signifikan bagi dunia industri dan masyarakat, khususnya dalam mendorong pemanfaatan potensi lokal menjadi produk bernilai tambah tinggi.
Rahmat Ahmad berharap kehadiran mesin Sangraipung dapat memperluas jangkauan industri rumahan pengolahan kulit ari beras, sekaligus memberikan alternatif pangan fungsional yang mendukung ketahanan gizi masyarakat.
“Jadikan obat sebagai makananmu, dan makanan sebagai obat. Prinsip inilah yang kami pegang dalam setiap inovasi kami,” ungkapnya.
Selain memberikan manfaat ekonomi, inovasi ini juga memperkuat peran SMK dalam membangun ekosistem wirausaha berbasis teknologi tepat guna. Kolaborasi antara sekolah vokasi dan pelaku industri lokal pun diharapkan semakin berkembang ke depan.
Dokumentasi video demonstrasi alat Sangraipung dapat diakses melalui tautan berikut: Video Demonstrasi Sangraipung. (wis)