Oleh: Farah Nanda Amanah Puri Bima, S.Pd., Gr., M.Pd.
(Guru Matematika SMA Islam Athirah 1 Makassar)
Dalam Islam, semangat kolaborasi atau kerja sama bukanlah hal baru. Bahkan, nilai-nilai ini telah ditanamkan sejak zaman Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Ma’idah: 2)
Ayat ini menjadi dasar utama bahwa setiap amal baik dan usaha membangun negeri harus didasari semangat kolaboratif yang bertujuan untuk kebaikan dan ketakwaan, bukan egoisme atau kepentingan pribadi. Allah telah menetapkan Batasan dalam berkolaborasi yaitu kebajikan dan ketakwaan, artinya jika selain itu, maka keluar dan atau cegahlah kolaborasi itu.
Rasulullah SAW sendiri adalah pemimpin yang sangat kolaboratif. Dalam membangun peradaban Madinah, beliau menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar, serta menjalin perjanjian dengan berbagai komunitas. Kolaborasi ini menghasilkan masyarakat yang kuat, damai, dan menginspirasi.
Salah satu contoh kolaborasi kedua kaum tersebut adalah peristiwa pembangunan Masjid Quba dan Masjid Nabawi. Rasulullah SAW dan para sahabat, tanpa memandang status, turun langsung membangun masjid. Dalam hadits disebutkan, “Rasulullah SAW membawa batu bersama para sahabatnya sambil berkata: ‘Ya Allah, tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat, maka ampunilah kaum Muhajirin dan Anshar.'” (HR. Bukhari)
Dari kisah ini, kita belajar pentingnya kerja sama lintas peran untuk tujuan yang lebih besar. Kolaborasi bukan hanya kerja fisik, tetapi menyatukan hati, pikiran, dan semangat dalam bingkai iman dan ukhuwah. Tidak ada yang namanya bos, tapi yang dibutuhkan adalah pemimpin.
Dalam konteks parenting dan pendidikan, kolaborasi juga penting. Orang tua dan guru harus saling bekerja sama dalam mendidik anak. Anak yang sukses adalah hasil kolaborasi dari rumah dan sekolah, serta lingkungan yang mendukung. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka seorang ayah adalah pemimpin di rumah, ibu adalah pemimpin dalam pendidikan anak-anak, dan guru adalah pemimpin di kelas. Jika semua bersatu dalam nilai-nilai Islam, maka akan lahir generasi yang berakhlak, cerdas, dan cinta negeri.
Dalam ruang-ruang kelas pembelajaran kolaborasi dilakukan sejak dini, baik dalam bentuk kerja tim, kooperatif, kolaborasi, diskusi kelompok, dan bentuk kerja sama lainnya. Pembelajaran kolaborasi ini perlu terus di gaungkan kepada seluruh peserta didik, khususnya agar mereka berkolaborasi yang solid, kuat dan rapi. Seperti yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib RA., menekankan pentingnya kolaborasi dan kerja sama dalam organisasi yang teratur. Ia mengajarkan bahwa kebenaran yang tidak terorganisir akan kalah dengan kebathilan yang terorganisir.
Dalam sejarah, kita mengenal Ashabul Kahfi, para pemuda yang berkolaborasi menjaga iman mereka di tengah masyarakat yang penuh kemaksiatan. Meski jumlah mereka sedikit, semangat dan keteguhan hati mereka menginspirasi hingga disebutkan dalam Al-Qur’an.
Bayangkan jika kolaborasi semacam ini tumbuh di negeri kita. Umat Islam bergandengan tangan membangun pendidikan, memperkuat ekonomi umat, menjaga lingkungan, dan saling menguatkan.
Kolaborasi bukan sekadar aksi, yang pertama yang harus dilakukan adalah “Ngaji”, bukan sekadar mengaji Al-Qur’an, tapi juga belajar, mempersiapkan diri, merenungi makna hidup, dan memahami ilmu sebelum berkolaborasi. Ini adalah fondasi, karena perubahan dan aksi yang benar harus dimulai dari ilmu. Setelah paham, jangan berhenti di teori. Harus ada “gerakan” nyata, baik secara personal maupun bersama. Ini bisa berarti berdakwah, menolong sesama, membuat program sosial, atau bentuk kolaborasi lainnya. Gabungan dari ilmu dan aksi itu akhirnya akan melahirkan “dampak”, entah itu perubahan dalam diri, keluarga, komunitas, bahkan bangsa. Dampak inilah yang membuat kolaborasi jadi berarti.
“Ayo bareng-bareng belajar, bareng-bareng turun tangan, dan bareng-bareng kasih dampak positif untuk umat dan negeri!”
Semoga, kolaborasi-kolaborasi di atas menjadi pemantik untuk diri ini untuk memperbaiki diri dan menjadi bagian dari kolaborasi kebaikan dan ketakwaan. Mari kita bangun negeri ini dengan semangat kolaborasi yang dilandasi iman, akhlak, dan cinta kepada Allah. Kita mulai dari keluarga kita, lingkungan kita, hingga ke skala nasional. InsyaAllah, dengan kolaborasi, kita tak hanya menginspirasi, tapi juga mewariskan peradaban. (*)