FAJAR, MAKASSAR — Di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, sektor jasa keuangan di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) tetap menunjukkan ketangguhan dan peran aktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini disampaikan oleh Kepala OJK Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, Moch Muchlasin.
Menurut Muchlasin, tantangan global semakin nyata seiring dengan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang menurunkan estimasi pertumbuhan PDB global menjadi 3,1 persen pada 2025 dan 3 persen pada 2026. Penurunan tersebut dipicu oleh meningkatnya hambatan perdagangan, ketidakpastian arah kebijakan, dan risiko geopolitik.
“Meski tekanan global meningkat, sektor jasa keuangan di Sulampua tetap tumbuh positif dan adaptif. Ini menjadi bukti nyata peran sektor ini sebagai penggerak ekonomi daerah,” ujar Muchlasin, Rabu, 30 April 2025.
Ia menjelaskan, per Februari 2025, kinerja intermediasi perbankan tetap solid dengan pertumbuhan kredit sebesar 7,05 persen (yoy), sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 3,86 persen (yoy). Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 130,54 persen menunjukkan tingginya pembiayaan yang bersumber dari luar daerah.
“Tingginya LDR mencerminkan kepercayaan industri keuangan nasional terhadap potensi ekonomi Sulampua,” katanya. Meski begitu, rasio kredit bermasalah (NPL) tetap terjaga pada level aman yaitu 2,45 persen.
Secara nominal, total penyaluran kredit di Sulampua mencapai Rp434,24 triliun. Kredit konsumtif mendominasi dengan Rp220,99 triliun, sedikit lebih tinggi dari kredit produktif sebesar Rp213,24 triliun. DPK masih didominasi oleh tabungan senilai Rp198,94 triliun, diikuti deposito Rp67,02 triliun dan giro Rp66,69 triliun.