English English Indonesian Indonesian
oleh

Kanwil Perum Bulog Sulselbar Tambah 119 Gudang untuk Tampung Gabah Petani 

FAJAR, MAKASSAR — Produksi padi petani kini melimpah. Stok membludak membuat penyerapan mandek.

Ada persoalan di ketersediaan sarana dan prasarana penunjang. Misalnya ketersediaan gudang dan penggilingan gabah. 

Faktor kekurangan keduanya membuat penyerapan padi petani menjadi terhambat. Oleh karena itu, Bulog menambah gudang dengan menyewa agar produksi petani bisa terus diserap.

Seperti diketahui, Kementerian Pertanian telah memerintahkan seluruh Bulog se-Indonesia untuk menyerap gabah petani dengan harga Rp6.500/kg. Itu dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan petani sekaligus menuju swasembada pangan tahun ini.

Kepala Kanwil Perum Bulog Sulselbar Fakhrurozi mengatakan, ada peningkatan produksi yang signifikan di Sulsel tahun ini. Pada periode Januari – April saja sudah mencapai 2,6 juta ton gabah.

Sementara sarana pengeringan yang ada di Sulsel yang telah dikerjasamakan Bulog baru bisa mengolah sekitar 22 ribu ton per hari.

“Artinya kalau kita produksi masih ada, kekurangan sarana pengeringan yang harus kita kerja samakan kembali, jadi itu yang perlu dilakukan upaya-upaya oleh Pemda membangun sarana-sarana pengeringan di wilayah sentra panen,” ulas Fakhrurozi usai mengikuti Rapat Dengar Pendapatan dengan Komisi B DPRD Sulsel, di Gedung Tower Lantai 4, Selasa, 29 April.

Persoalan selanjutnya yang sempat dialami Bulog adalah kapasitas gudang yang sudah over stock. Kapasitas gudang milik Bulog hanya bisa menampung 354 ribu ton. Saat ini, yang sudah terserap mencapai 437 ribu ton, atau melewati kapasitas yang tersedia.

Dengan demikian, Bulog telah menyewa sebanyak 119 gudang dalam rangka tetap bisa melakukan penyerapan produksi petani.

“Jadi tidak ada lagi isu mulai dari gudang, kami tetap harus melakukan penyerapan, jadi gudang sudah kami sewa hampir kapasitasnya 200 ribu ton, di samping menggunakan gudang-gudang milik tentara, Pemda, kami gunakan semuanya,” ulas Fakhrurozi.

Dari total produksi 2,6 juta ton hingga April, target serapan Bulog dari angka tersebut hingga 45 persen. Namun, Samapi saat ini yang terserap di angka 20 persen atau 320 ribu ton. Itu akan terus dinaikkan karena produksi akan terus bertambah seiring masuknya jadwal panen selanjutnya.

Masalah sarana penggilingan sempat terjadi di Kabupaten Bone. Daerah yang begitu luas dengan lokasi produksi yang luas hanya terdapat 15 penggilingan. Ia menyadari itu sangat kurang. Sehingga, harus mengandalkan penggilingan di daerah sekitar Bone untuk mempercepat penyerapan produksi petani.

Sementara di Pinrang sempat mengalami kekurangan gudang. Gudang yang penuh, membuat truknya mengantri dan terlambat kembali ke penggilingan.

“Karena itu truk untuk jemput gabah terlambat, akhirnya mengalami keterlambatan penjemputan, tapi itu kejadian seminggu yang lalu sekarang sudah lancar tidak ada isu gudang saat ini kita sewakan hampir 30 ribu ton di Pinrang, jadi sudah kita buka gudang dan membuka daya tampung tambahan insya Allah tidak ada hambatan,” papar Fakhrurozi.

Pembelian gabah menggunakan dua pola, ada tim jemput gabah, ada juga melalui mitra karena mereka memiliki peta jejaring apalagi butuh penggilingan. Jika ada mitra yang menaruh harga di bawah Rp6.500 maka akan dicoret dan dievaluasi.

“Rencana membangun penggilingan di Luwu Utara agar gabah dikeringkan lebih cepat dan tidak mesti ke Sidrap lagi,” tukasnya.

Wakil Ketua Komisi B DPRD Sulsel Zulfikar Limolang mengapresiasi langkah cepat Bulog untuk menemukan solusi percepatan penyerapan gabah petani. Menurut ia, selama ini banyak keluhan dari petani yang terlambat diserap produksinya.

“Kita patut bersyukur lantaran pemaparan Bulog artinya Sulsel insyaallah aman stok pangannya. Berharap Bulog melibatkan Pemda. Jadi seakan Bulog tidak jalan sendiri. Kalau pun sekarang dibantu TNI maka baiknya bisa mengandalkan keterlibatan aparat desa,” tandasnya. (uca)

News Feed