Dengan demikian, Bulog telah menyewa sebanyak 119 gudang dalam rangka tetap bisa melakukan penyerapan produksi petani.
“Jadi tidak ada lagi isu mulai dari gudang, kami tetap harus melakukan penyerapan, jadi gudang sudah kami sewa hampir kapasitasnya 200 ribu ton, di samping menggunakan gudang-gudang milik tentara, Pemda, kami gunakan semuanya,” ulas Fakhrurozi.
Dari total produksi 2,6 juta ton hingga April, target serapan Bulog dari angka tersebut hingga 45 persen. Namun, Samapi saat ini yang terserap di angka 20 persen atau 320 ribu ton. Itu akan terus dinaikkan karena produksi akan terus bertambah seiring masuknya jadwal panen selanjutnya.
Masalah sarana penggilingan sempat terjadi di Kabupaten Bone. Daerah yang begitu luas dengan lokasi produksi yang luas hanya terdapat 15 penggilingan. Ia menyadari itu sangat kurang. Sehingga, harus mengandalkan penggilingan di daerah sekitar Bone untuk mempercepat penyerapan produksi petani.
Sementara di Pinrang sempat mengalami kekurangan gudang. Gudang yang penuh, membuat truknya mengantri dan terlambat kembali ke penggilingan.
“Karena itu truk untuk jemput gabah terlambat, akhirnya mengalami keterlambatan penjemputan, tapi itu kejadian seminggu yang lalu sekarang sudah lancar tidak ada isu gudang saat ini kita sewakan hampir 30 ribu ton di Pinrang, jadi sudah kita buka gudang dan membuka daya tampung tambahan insya Allah tidak ada hambatan,” papar Fakhrurozi.
Pembelian gabah menggunakan dua pola, ada tim jemput gabah, ada juga melalui mitra karena mereka memiliki peta jejaring apalagi butuh penggilingan. Jika ada mitra yang menaruh harga di bawah Rp6.500 maka akan dicoret dan dievaluasi.