Dari sisi efisiensi biaya, Perseroan berhasil menurunkan Biaya Pendapatan sebesar 13% secara kuartalan menjadi US$187,0 juta, dan turun 11% dibandingkan 1T24. Upaya ini didukung strategi pengadaan material secara massal dan harga komoditas energi yang lebih rendah, termasuk harga batubara yang turun 11% dan HSFO yang turun 3%. Di sisi lain, harga diesel naik moderat sebesar 1% seiring implementasi B40.
Biaya penjualan tunai per unit tercatat sebesar USD8.501 per ton, membaik dari USD8.978 per ton pada 4T24. EBITDA untuk 1T25 mencapai USD51,7 juta, sedikit lebih rendah dari USD54,1 juta di kuartal sebelumnya akibat penurunan harga jual nikel. Namun demikian, laba bersih tetap positif sebesar USD21,8 juta.
Sementara itu, PT Vale juga tengah mengajukan revisi RKAB untuk mendapatkan tambahan 2 juta ton bijih saprolit dari Blok Bahodopi, dengan harapan operasi tambang dapat dimulai lebih awal, yakni akhir kuartal kedua atau awal kuartal ketiga tahun ini.
Untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang, perusahaan mengalokasikan belanja modal sebesar USD128,1 juta selama 1T25. Per 31 Maret 2025, posisi kas dan setara kas Perseroan sebesar USD601,4 juta, turun 11% dari USD674,7 juta di akhir 2024. PT Vale menegaskan komitmennya terhadap pengelolaan kas yang hati-hati guna menjaga ketahanan finansial ke depan. (edo)