PINRANG, FAJAR – Petani di Pinrang merasa bingung jika ingin menjual gabah. Bulog dianggap menutup ruang bagi petani yang ingin menjual gabah ke mitra Bulog.
Hal tersebut dikeluhkan oleh salah seorang petani di Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, yang baru-baru ini telah panen. Dia menilai Bulog tidak tanggap terhadap petani yang telah memanen padi.
“Selama ini memang tidak pernah jual hasil panen kami ke Bulog,” ucapnya, kemarin.
Petani lainnya mengaku bahwa pihaknya tidak memiliki akses untuk menghubungi pihak Mitra Bulog jika ingin menjual gabah. “Kalau pun kita bisa telepon, apa mereka bisa langsung datang untuk timbang,” bebernya.
“Jadi kalaupun kita mau jual ke Bulog, bagaimana caranya? Siapa yang dihubungi, siapa yang ditanya, itu kita tidak tahu,” bebernya.
Ia mengaku terpaksa menjual gabah ke pedagang dengan konsekuensi potongan timbangan banyak karena kalau menunggu terlalu lama, takutnya gabahnya akan rusak. “Ya, mau tidak mau, kita langsung hubungi saja pedagang,” jelasnya.
“Coba kita pikir. Satu hari saja tidak ada yang ambil, padahal sudah layak, bisa rusak itu padi. Belum lagi kalau kena hujan, tambah turun lagi harganya. Petani lagi yang rugi,” imbuhnya.
Sementara itu Pemimpin Cabang Bulog Pinrang, Ivan Faisal mengeklaim telah melakukan sosialisasi kepada petani. “Babinsa yang lakukan sosialisasi terkait pengambilan gabah. Saya heran, kenapa ada warga yang tidak tahu informasinya,” bebernya.
Ivan menambahkan jika petani ingin menjual gabah di pedagang juga tidak masalah, yang penting sesuai dengan harga yang ditetapkan. Yakni, Rp6.500. “Karena kita juga ada keterbatasan angkutan dan penggilingan,” keluhnya. (ams/zuk)