FAJAR, TEL AVIV–Mantan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett melancarkan kritik keras terhadap pemerintah Benjamin Netanyahu.
Ia menuduh Netanyahu dan pemerintahannya mengorbankan kapasitas militer Israel demi kepentingan politiknya.
Dalam sebuah postingan di X, Bennett mengecam kebijakan Netanyahu yang melindungi kaum ultra-Ortodoks (Haredi) dari wajib militer, dan menggambarkan pemerintah saat ini sebagai pengecut dan memalukan karena memprioritaskan stabilitas koalisinya di atas apa yang disebutnya kebutuhan negara.
Ia menyalahkan penolakan pemerintah untuk merekrut kaum Haredim atas kegagalan tentara Israel mencapai tujuannya di Gaza, tempat kampanye militer Israel telah menghancurkan wilayah sipil, menghancurkan rumah sakit, dan membuat hampir seluruh penduduk mengungsi.
“Stagnasi di Gaza bermula langsung dari kebijakan pemerintah yang merampas [tentara] dari alat utama yang dibutuhkan untuk meraih kemenangan: para pejuang,” tulis Bennett dikutip The New Arab.
Ia mengatakan tentara kekurangan 20.000 personel pada saat negara itu tidak pernah membutuhkan begitu banyak pasukan, dengan mengutip beberapa wilayah tempat Israel meningkatkan kekerasan, termasuk Gaza, Tepi Barat, Lebanon, dan Suriah.
Meskipun militer Israel melancarkan pemboman tanpa henti dan invasi darat di Jalur Gaza yang terkepung sejak 7 Oktober, mereka gagal mengalahkan kelompok bersenjata Palestina.
Sementara itu, para prajurit cadangan – banyak dari mereka warga sipil – telah dipanggil selama ratusan hari, yang menyebabkan kelelahan yang meluas di antara pasukan Israel.