Arief juga mendorong pelaku usaha untuk tidak hanya bergantung pada pasar tradisional seperti Tiongkok dan Jepang, tapi mulai mengeksplorasi potensi pasar baru seperti kawasan Timur Tengah dan Afrika.
“Kita perlu perluasan pasar. Jangan hanya bergantung pada satu kawasan. Kita juga harus mulai melihat peluang ekspor produk olahan dan bukan hanya bahan mentah. Hilirisasi adalah kunci,” tuturnnya.
Selain itu, ia juga menyampaikan perlunya perbaikan dalam sistem logistik dan digitalisasi proses ekspor. “Kalau ekspor semudah belanja daring, kenapa tidak? Kita sudah punya fasilitas seperti INSW, tapi belum semua pelaku UMKM bisa akses. Ini PR besar kita bersama,” ujar Arief.
Kata dia, tren ekspor yang terus menurun menjadi peringatan keras bagi perekonomian Sulsel. Meskipun masih memiliki potensi besar di sektor tambang, perikanan, dan pertanian, diperlukan reformasi struktural dan kolaborasi erat antara pemerintah, pelaku usaha, dan akademisi untuk membangkitkan kembali daya saing ekspor daerah.
“Ekspor adalah napas ekonomi Sulsel. Kalau dia lemah, maka rantai ekonomi lainnya ikut sesak. Tapi saya optimis, kalau kita bergerak bersama, kita bisa pulih dan bangkit,” pungkas Arief. (sae)