Oleh: Nayla Anandita Saputra, Mahasiswa FKM UNHAS, Departemen MARS
Saat seseorang masuk rumah sakit, mereka tentu berharap bisa sembuh dengan cepat dan aman. Namun, tidak banyak yang menyadari bahwa rumah sakit juga memiliki potensi risiko yang bisa membahayakan jika prinsip keselamatan pasien—atau patient safety—tidak dijalankan dengan baik. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), satu dari sepuluh pasien di negara berkembang mengalami insiden yang merugikan selama perawatan rumah sakit, dan kebanyakan dari kejadian tersebut bisa dicegah. Hal ini menunjukkan bahwa menjaga keselamatan pasien adalah hal yang sangat penting di dunia medis.
Keselamatan pasien adalah langkah-langkah yang diambil untuk menghindari kesalahan dalam perawatan medis. Ini melibatkan banyak aspek, mulai dari memeriksa identitas pasien sebelum pemberian obat atau tindakan medis, memanfaatkan teknologi untuk meminimalkan kesalahan manusia, hingga memiliki sistem pelaporan untuk perbaikan secara terus-menerus. Namun, meskipun sudah ada prinsip keselamatan ini, masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh rumah sakit dalam menerapkannya dengan efektif.
Salah satu hal yang sangat penting dalam keselamatan pasien adalah penerapan Sistem Keamanan Pasien (SKP). SKP adalah sistem yang dibangun untuk memastikan setiap proses perawatan dilakukan dengan prosedur yang aman dan sesuai standar. SKP membantu rumah sakit dalam mengenali potensi bahaya dan mengelola risiko secara lebih baik, sehingga dapat menjaga keamanan pasien.
Selain itu, ada juga Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) yang memberikan pedoman untuk menilai kualitas dan keamanan pelayanan rumah sakit di Indonesia. SNARS lebih fokus pada pengelolaan risiko medis, jaminan keamanan obat, serta memastikan komunikasi yang efektif antara tenaga medis. Rumah sakit yang berhasil menerapkan SNARS dengan baik akan memberikan pelayanan yang lebih aman, berkualitas, dan sesuai dengan standar keselamatan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Namun, meskipun penerapan SKP dan SNARS sudah dilakukan, banyak rumah sakit masih menghadapi masalah dalam mengurangi insiden medis. Faktor seperti miskomunikasi antar tenaga medis, kesalahan identifikasi pasien, atau prosedur medis yang salah dapat meningkatkan risiko bagi pasien. Oleh karena itu, rumah sakit dan tenaga medis harus berkomitmen untuk terus memperbaiki penerapan SKP dan mematuhi standar SNARS untuk memastikan bahwa setiap tindakan medis mengutamakan keselamatan pasien.
Selain itu, pasien dan keluarga juga memiliki peran yang tidak kalah penting. Menjadi lebih proaktif adalah langkah pertama yang dapat diambil untuk mengurangi kesalahan medis. Misalnya, pasien atau keluarga bisa menanyakan tentang obat yang diberikan—termasuk nama obat, dosis, dan efek samping yang mungkin terjadi—untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam pemberian obat, terutama jika pasien mengonsumsi lebih dari satu obat yang dapat berinteraksi.
Pasien dan keluarga juga perlu memastikan bahwa identitas pasien dicocokkan dengan benar sebelum prosedur medis dilaksanakan. Kesalahan dalam mengidentifikasi pasien adalah salah satu kesalahan medis yang sering terjadi di rumah sakit. Dengan memastikan identitas pasien diperiksa sebelum tindakan medis dilakukan, risiko kesalahan yang fatal dapat diminimalkan.
Keselamatan pasien adalah hak dasar yang harus dihormati dan dilindungi. Hal ini bukan hanya tanggung jawab tenaga medis, tetapi juga tanggung jawab bersama antara tenaga medis, pasien, dan keluarga. Jika semua pihak saling bekerja sama dan memiliki kesadaran akan pentingnya keselamatan pasien, maka upaya untuk menciptakan lingkungan rumah sakit yang aman akan tercapai.
Oleh karena itu, rumah sakit harus memastikan bahwa setiap langkah medis yang dilakukan sudah sesuai dengan prosedur dan standar yang berlaku, seperti SKP dan SNARS. Selain itu, pasien dan keluarga juga perlu lebih waspada dalam menjaga keselamatan diri mereka. Dengan adanya pemahaman yang baik dan komunikasi yang lancar antara semua pihak, rumah sakit dapat menjadi tempat penyembuhan yang aman dan terpercaya. (*)